Rabu, 09 Juli 2014

SEOLAH-OLAH STATISTIK



     
           Heboh hasil survey, yang dijadikan dasar Perhitungan Cepat Pilpres  kemarin, membuat saya  teringat satu tulisan saya 12 April 2012 di web Trainer Laris,

 http://trainerlaris.ning.com/profiles/blogs/cerdik-bermatematik-seolah-olah-statistik-by-annis-diniati




          Ini tulisan  sangat sederhana.  Opini saya pribadi yang berdasarkan beberapa informasi dari buku Berbohong dengan Statistik-nya Darrel Huff. Terjemahannya diterbitkan oleh KPG, tahun 2002.

          Isinya saya copy-paste ke sini


          Salah satu cara seorang pembicara meyakinkan pendengar adalah dengan menggunakan hasil riset. Dan salah satu cara mendapatkan hasil riset adalah dengan metoda statistik.

          Statistik  adalah data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala. Jadi, ada 3 hal yang berkaitan dengan statistik, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penampilan hasil olah data.
Pada setiap tahapan, ada cara dan aturan tersendiri sehingga hasilnya dapat diterima secara sah sebagai hasil karya ilmiah. Mari kita lihat satu per satu.

          Pengumpulan data.

          Untuk mengetahui bagaimana  warga Aceh bereaksi saat gempa kemarin, misalnya. Data yang paling sahih adalah jika dikumpulkan dari setiap warga Aceh tanpa terkecuali. Ini rumit. Statistik memberi ruang untuk penyederhanaan sumber data. Kita dapat menggunakan sampel (sample). Sampel terbaik adalah sampel acak. Seberapa acak suatu sampel, dan berapa jumlah sampel yang ideal dari suatu populasi, ada kisi-kisi dan perhitungannya.

          Jika data ini kita butuhkan untuk keperluan penelitian resmi, setiap langkahnya harus sesuai kaidah yang tepat. Tetapi, jika tujuan kita “hanya” untuk menjadikan contoh dalam suatu sesi motivasi berpikir positif, pengumpul data bisa melakukan kreasi. Artinya, dia melakukan riset yang seolah-olah Statistik, tetapi jika ditelaah sebenarnya tidak memenuhi syarat ilmiah.

          Misalnya, tim riset trainer motivasi bisa menelepon para alumninya saja yang berada di Aceh, tetapi saat presentasi  mengatakan sebagai sikap warga Aceh. Pertanyaan yang diajukan pun bisa disusun sedemikian rupa, seperti “Apakah anda panik atau tidak panik?” Percayalah, hasil riset yang ini akan sesuai harapan. Sebagai orang yang pernah ditraining, warga Aceh yang ditelepon ini tentu sudah memiliki mindset positif. Kalaupun dia panik, akan ada usaha jaim sehingga jawabannya bukan pilihan yang pertama. Dan kalaupun dia sangat panik, dia tak akan mengangkat telepon saat dihubungi . :)


          Pengolahan data.

          Ada berbagai metoda. Kita dapat memilih yang paling sesuai dengan karakteristik data kita. Cara paling sederhananya adalah dengan menentukan tiga data cantik statistik, yaitu mean, median, dan modus. Mean adalah nilai rata-rata. Jumlah seluruh data dibagi jumlah sampel. Median adalah nilai tengah. Data diurut dari terkecil hingga terbesar, ambil nilai yang di posisi tengah. Sedangkan modus adalah nilai data yang paling sering muncul.

          Pada contoh di atas, yang akan muncul adalah modus dari tiga pilihan: panik, tidak panik, dan tidak menjawab.


          Penampilan hasil olah data.

          Nah, disini orang bisa bermain juga. Misalnya, dari 150 orang yang ditelepon, 90 menjawab tidak panik, 10 menjawab panik, dan 50 tidak menjawab. Jika dibandingkan dengan ke-150 orang yang ditelepon, data kita mengatakan bahwa 90/150 atau 60 % sampel tidak panik. Untuk keperluan menyemangati, trainer akan mengatakan 60% warga Aceh tidak panik karena mereka berpikir positif. Keren kan?
Kalau ingin lebih fantastis, singkirkan yang tidak menjawab telepon. Kesimpulannya akan menjadi 90% warga Aceh tidak panik karena mereka berpikir positif!!!

          Sekali lagi, trik ini hanya untuk menampilkan sesuatu seolah-olah StatistikBukan statistik yang sebenarnya yang  sahih dan akurat. Itu sebabnya saya beri nama kelompok Cerdik BerMatematik, bukan cerdas. Cerdik memberi nuansa cerdas, dan sedikit licik, hehe. Tapi untuk penggunaan positif ya... Semoga bermanfaat.

Salam Kamis Matematis.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar