Sore ini kita bicarakan yang
manis-manis saja yuk. Manisan kolang-kaling.
Satu hal yang menarik,
kolang-kaling tiba-tiba berlimpah di bulan Ramadhan. Padahal dia kan biji dari
pohon aren yang tak bisa kita atur waktu berbuahnya.
Rupanya, untuk menjadi
kolang-kaling (buah atap) yang kita lihat di pasar, biji aren ini telah
mengalami proses panjang.
Pertama-tama, buah aren akan
dibakar. Setelah itu dibelah, diambil bijinya. Biji berbentuk oval bergetah ini
direbus berjam-jam. Setelah itu, dipipihkan. Kemudian direndam dalam air kapur
sirih beberapa hari sampai terfermentasi.
Karena proses buah aren menjadi
kolang-kaling bisa diatur, maka pengusaha biasanya menahan buah aren saat
panen, untuk diolah dan dijual sekaligus pada bulan Ramadhan, saat permintaan
pasar sangat tinggi.
Kolang-kaling sendiri
mengandung 93,8 gram air untuk setiap
100 gram-nya. Sisanya, hampir 4 gram karbohidrat, 0,69 gram protein, sekitar 1
gram kadar abu, dan 0,95 gram serat kasar. Kandungan karbohidrat tinggi
menyebabkan cepat kenyang, di sisi lain serat kasar membantu kelancaran proses
pencernaan. Karenanya, kolang-kaling banyak dikonsumsiorang yang sedang
diet untuk mengurangi asupan
makanan. Belakangan ini juga kolang-kaling populer dikonsumsi orang untuk
menjaga kesehatan menjelang manula.
Olahan kolang-kaling
paling berkesan buat saya adalah manisannya. Salah satu jenis makanan yang
selalu ada di meja saji nenek saat
lebaran, dan kemudian dilanjutkan ibu saya, adalah manisan kolang-kaling.
Karena kini, saat lebaran kami tak pernah di rumah sampai beberapa hari, dan
kebutuhan ready-to-eat tajil, saya
membuat manisan kolang-kaling justru di awal Ramadhan. Kebetulan menemukan
kolang-kaling berukuran besar di tukang buah.
Langkah pertama, adalah memilih
jenis kolang-kaling yang bagus. Pilih yang bening dan kenyal jika ditekan. Jika
kita membeli di tempat yang “umum”, kolang-kaling curah, harus mau sabar memilih
satu demi satu kolang-kaling yang biasanya
disajikan di baskom besar. Di beberapa tempat, tukang kolang-kaling
sudah memisahkan yang bening dan putih. Biasanya juga sudah terseleksi dari
sisi ukuran. Besar-besar. Harga tentu saja lebih mahal.
Langkah kedua, mencucinya.
Paling baik jika kita mencuci menggunakan daun yang kesat, misalnya daun bambu.
Dari jenis pohon bambu apa saja. Bambu kuning hias juga bisa. Kolang-kaling
diremas-remas di antara daun bambu. Menggunakan daun serai juga bisa, tetapi biasanya
wangi serai akan ikut menetap. Jika suka kolang-kaling aroma serai, ini pilihan
paling realistis untuk kita yang tinggal jauh dari pohon bambu. Cara lain
paling sederhana, cuci kolang-kaling dengan air cucian beras. Diremas-remas.
Setelah itu, cuci 2-3 kali dengan air bersih. Tiriskan, sampai benar-benar tak
ada air yang menetes lagi.
Sesudah itu, simpan di dalam
panci. Taburi gula pasir. Untuk 2 kg kolang-kaling, saya gunakan 1 kg gula
pasir. Tutup panci, simpan semalam.
Keesokan harinya, akan kita
lihat kolang-kaling terendam cairan. Gula menyedot cairan dari kolang-kaling.
Angkat kolang-kaling, tiriskan di atas panci. Setelah tak ada yang menetes
lagi, pindahkan kolang-kaling. Panaskan panci, sampai cairan mendidih dan air
menguap. Tersisa air gula yang mengental. Dinginkan. Setelah dingin, masukkan
kembali kolang-kaling ke dalam panci. Tutup. Biarkan semalam lagi.
Kolang-kaling dimasukkan
setelah air gula dingin agar
warna kolang-kaling tetap putih bening. Jika kena panas, manisan kolang-kaling
akan berwarna agak kuning, kurang cantik. Toh kolang-kaling sendiri sudah
merupakan bahan makanan matang. Hasil perebusan berjam-jam dari biji pohon
aren. Dibuat manisan agar lebih awet.
Keesokan harinya, sisa cairan
kolang-kaling akan tersedot lagi, sehingga air
gula bertambah, menjadi encer lagi. Ulangi proses serupa.
2 kali proses cukup, tapi jika
ingin melakukan sekali lagi juga baik, untuk memastikan tak ada lagi cairan
tersisa di dalam kolang-kaling. Tandanya, kekentalan air gula akan tetap sama dengan saat kolang-kaling dimasukkan sehari
sebelumnya.
Rebusan air terakhir ini bisa
diberi daun pandan atau vanili untuk menambah aroma. Tanpa itu pun, aroma
manisan kolang-kaling sudah cukup kuat. Sebagian orang ada yang menambahkan
kayu manis untuk aroma, tapi berakibat warna kolang-kaling akan kekuningan.
Manisan kolang-kaling yang sudah
siap santap ini bisa disimpan di lemari es, nikmat untuk berbuka puasa.
Kalau nenek saya sih, bisa dapat kolang-kaling tiap saat, soalnya selain dijadikan panganan es campur, di pasar terdekat memang selalu ada. Kalaupun langka, biasanya di musim penghujan, nggak asyik rasanya kalau Ramadhan nggak ada kolang-kaling :D
BalasHapusBetul, semacam syarat sah puasa ya... Tapi ke depan kayaknya saya bakal coba siapkan juga di luar Ramadhan, karena khasiatnya bagus jika kita konsumsi tiap hari. Tks ya.
HapusTapi aku nggak begitu suka panganan ini, rasanya masam, kalau dipake di es campur enak sih, tapi penginnya yang manis aja, haha
Hapusini manisan kolang-kaling kesukaan suami saat lebaran tiba, tapi aku gak telaten buatnya, jadi ibu mertua yang buatkan. . Biasanya mertuaku dberi pewarna agar menarik.
BalasHapusAlhamdulillah ada yang membuatkan. Tks ya.
HapusMau nanya ya, di tempat saya beli, kita tidak bisa memilih kolang kalingnya, jadi terkadang ada yg masih keras. Kalo pake cara diatas, apakah kolang kalingnya bisa empuk, mengingat tidak direbus sama sekali? Thanks.
BalasHapus