Minggu, 06 Juli 2014

MANISAN KOLANG-KALING



          Sore ini kita bicarakan yang manis-manis saja yuk. Manisan kolang-kaling.

          Satu hal yang menarik, kolang-kaling tiba-tiba berlimpah di bulan Ramadhan. Padahal dia kan biji dari pohon aren yang tak bisa kita atur waktu berbuahnya.

          Rupanya, untuk menjadi kolang-kaling (buah atap) yang kita lihat di pasar, biji aren ini telah mengalami proses panjang.

          Pertama-tama, buah aren akan dibakar. Setelah itu dibelah, diambil bijinya. Biji berbentuk oval bergetah ini direbus berjam-jam. Setelah itu, dipipihkan. Kemudian direndam dalam air kapur sirih beberapa hari sampai terfermentasi.

          Karena proses buah aren menjadi kolang-kaling bisa diatur, maka pengusaha biasanya menahan buah aren saat panen, untuk diolah dan dijual sekaligus pada bulan Ramadhan, saat permintaan pasar sangat tinggi.

          Kolang-kaling sendiri mengandung 93,8 gram air untuk  setiap 100 gram-nya. Sisanya, hampir 4 gram karbohidrat, 0,69 gram protein, sekitar 1 gram kadar abu, dan 0,95 gram serat kasar. Kandungan karbohidrat tinggi menyebabkan cepat kenyang, di sisi lain serat kasar membantu kelancaran proses pencernaan. Karenanya, kolang-kaling banyak dikonsumsiorang  yang sedang  diet untuk mengurangi  asupan makanan. Belakangan ini juga kolang-kaling populer dikonsumsi orang untuk menjaga kesehatan menjelang manula.

          Olahan kolang-kaling paling berkesan buat saya adalah manisannya. Salah satu jenis makanan yang selalu ada  di meja saji nenek saat lebaran, dan kemudian dilanjutkan ibu saya, adalah manisan kolang-kaling. Karena kini, saat lebaran kami tak pernah di rumah sampai beberapa hari, dan kebutuhan ready-to-eat tajil, saya membuat manisan kolang-kaling justru di awal Ramadhan. Kebetulan menemukan kolang-kaling berukuran besar di tukang buah.

          Langkah pertama, adalah memilih jenis kolang-kaling yang bagus. Pilih yang bening dan kenyal jika ditekan. Jika kita membeli di tempat yang “umum”, kolang-kaling curah, harus mau sabar memilih satu demi satu kolang-kaling yang biasanya  disajikan di baskom besar. Di beberapa tempat, tukang kolang-kaling sudah memisahkan yang bening dan putih. Biasanya juga sudah terseleksi dari sisi ukuran. Besar-besar. Harga tentu saja lebih mahal.

          Langkah kedua, mencucinya. Paling baik jika kita mencuci menggunakan daun yang kesat, misalnya daun bambu. Dari jenis pohon bambu apa saja. Bambu kuning hias juga bisa. Kolang-kaling diremas-remas di antara daun bambu. Menggunakan daun serai juga bisa, tetapi biasanya wangi serai akan ikut menetap. Jika suka kolang-kaling aroma serai, ini pilihan paling realistis untuk kita yang tinggal jauh dari pohon bambu. Cara lain paling sederhana, cuci kolang-kaling dengan air cucian beras. Diremas-remas. Setelah itu, cuci 2-3 kali dengan air bersih. Tiriskan, sampai benar-benar tak ada air yang menetes lagi.

          Sesudah itu, simpan di dalam panci. Taburi gula pasir. Untuk 2 kg kolang-kaling, saya gunakan 1 kg gula pasir. Tutup panci, simpan semalam.

          Keesokan harinya, akan kita lihat kolang-kaling terendam cairan. Gula menyedot cairan dari kolang-kaling. Angkat kolang-kaling, tiriskan di atas panci. Setelah tak ada yang menetes lagi, pindahkan kolang-kaling. Panaskan panci, sampai cairan mendidih dan air menguap. Tersisa air gula yang mengental. Dinginkan. Setelah dingin, masukkan kembali kolang-kaling ke dalam panci. Tutup. Biarkan semalam lagi.

          Kolang-kaling  dimasukkan  setelah air gula  dingin agar warna kolang-kaling tetap putih bening. Jika kena panas, manisan kolang-kaling akan berwarna agak kuning, kurang cantik. Toh kolang-kaling sendiri sudah merupakan bahan makanan matang. Hasil perebusan berjam-jam dari biji pohon aren. Dibuat manisan agar lebih awet.

          Keesokan harinya, sisa cairan kolang-kaling akan tersedot lagi, sehingga air  gula bertambah, menjadi encer lagi. Ulangi proses serupa. 

          2 kali proses cukup, tapi jika ingin melakukan sekali lagi juga baik, untuk memastikan tak ada lagi cairan tersisa di dalam kolang-kaling. Tandanya, kekentalan air gula akan tetap sama dengan  saat kolang-kaling dimasukkan sehari sebelumnya. 

          Rebusan air terakhir ini bisa diberi daun pandan atau vanili untuk menambah aroma. Tanpa itu pun, aroma manisan kolang-kaling sudah cukup kuat. Sebagian orang ada yang menambahkan kayu manis untuk aroma, tapi berakibat warna kolang-kaling akan kekuningan.

          Manisan kolang-kaling yang sudah siap santap ini bisa disimpan di lemari es, nikmat untuk berbuka puasa.

6 komentar:

  1. Kalau nenek saya sih, bisa dapat kolang-kaling tiap saat, soalnya selain dijadikan panganan es campur, di pasar terdekat memang selalu ada. Kalaupun langka, biasanya di musim penghujan, nggak asyik rasanya kalau Ramadhan nggak ada kolang-kaling :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, semacam syarat sah puasa ya... Tapi ke depan kayaknya saya bakal coba siapkan juga di luar Ramadhan, karena khasiatnya bagus jika kita konsumsi tiap hari. Tks ya.

      Hapus
    2. Tapi aku nggak begitu suka panganan ini, rasanya masam, kalau dipake di es campur enak sih, tapi penginnya yang manis aja, haha

      Hapus
  2. ini manisan kolang-kaling kesukaan suami saat lebaran tiba, tapi aku gak telaten buatnya, jadi ibu mertua yang buatkan. . Biasanya mertuaku dberi pewarna agar menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ada yang membuatkan. Tks ya.

      Hapus
  3. Mau nanya ya, di tempat saya beli, kita tidak bisa memilih kolang kalingnya, jadi terkadang ada yg masih keras. Kalo pake cara diatas, apakah kolang kalingnya bisa empuk, mengingat tidak direbus sama sekali? Thanks.

    BalasHapus