Sabtu, 20 April 2013

MENERBANGKAN MIMPI TIGA BURUNG KECIL



Tentang Novel Tiga Burung Kecil, produk Clara Ng Book Project
Karya Mikha Ramadewi, Tjatursari Oetoro, dan Josefine Yaputri
Diterbitkan Plot Point, Maret 2013


Sebuah perusahaan penerbangan internasional melakukan penerimaan pramugara-pramugari dengan cara yang tidak biasa. Melalui sebuah kompetisi, dicari calon kru yang paham isu ramah lingkungan.

Seleksi berjenjang. Diawali dari tingkat provinsi. Setelah terpilih tiga orang, mereka berjuang pada tingkat selanjutnya sebagai sebuah tim. Pemenang tingkat nasional, bersaing lagi di tingkat benua, dan terakhir tingkat dunia.

Bukan hal mudah untuk lolos tahap lanjutan. Penilaian berdasarkan aktivitas tim, padahal mereka mendaftar secara perseorangan. Tak saling kenal sebelumnya. Apalagi, masing-masing ingin menjadi kru pesawat dengan membawa alasan dan masalah pribadi yang berbeda-beda. Hal itu bertambah dengan masalah baru akibat interaksi mereka di tim ini.

Pemilihan lokasi seleksi di tiga tempat indah yang berbeda, melengkapi kenyamanan rasa pembaca. Penggambaran yang tak berlebihan, memberi ruang imajinasi kita berkembang. Demikian juga dengan emosi yang tak terlalu dieksploitasi, menyisakan sisi hati untuk diisi logika.


Tak banyak yang bisa saya sampaikan dari isi novel. Karena, akan mengganggu kenyamanan pembacanya kelak jika sudah terlalu banyak informasi dibuka. Kenikmatan membaca novel kan justru di rasa penasaran atas apa-apa yang akan terjadi di halaman berikutnya.

Saya lebih tertarik menyoroti bagaimana penerbangan yang dilakukan “tiga burung kecil” lain. Para penulis novel Tiga Burung Kecil ini.

Mikha, TJ, dan Josefine tak saling kenal sebelumnya. Novel ini tanda kelulusan  mereka atas kelas tak tatap muka bersama guru yang tak berdiri tapi sanggup memaksa murid-muridnya berlari. Kelas novel on-line dari PlotPoint dengan senpai Clara Ng.

Seperti para calon pramugarinya, ketiga penulis ini mengikuti berbagai tahapan untuk bisa melakukan “penerbangan perdana”, menerbitkan sebuah buku novel. Mimpi semua peserta kursus! Tahapan yag tak mudah. Maraton menulis, menyatukan nyawa yang dihidupkan tiga orang berbeda, dan menjaga semangat.


Buku ini hadir sebagai bukti kemenangan mereka atas pergulatan melahirkan ide, berkompromi, dan perjuangan menjaga nafas agar tiba di garis finish.

Buku ini menjadi simbol, Tiga Burung Kecil bisa menerbangkan mimpi di benak penulisnya agar ide hinggap di kepala khalayak.

Buku ini bagai mesin pesawat, mempunyai daya angkat tinggi bagi siapa saja. Daya angkat keyakinan, bahwa kita bisa. Bisa menerbangkan apa saja dalam genggaman, asal sabar dan konsisten menyusuri landasan. Bagi Mikha, TJ, dan Josefine, pasti. Bagi kita, juga.


Untuk saya sendiri, membaca novel ini seperti membaca skripsi karya teman se-dosen pembimbing. Saya mencoba membedah mundur. Membaca sambil mencatat point dari tiap bab. Memperhatikan prolog dan epilog. Tuntas membaca, saya coba pahami plotnya. Dari sana membayangkan bagaimana ide mulai muncul dan dikembangkan. Tak lupa saya pelajari juga pilihan kata, dan bagaimana efek kalimat pada pembaca.

Saya hanya penasaran pada satu hal. Sam dan Odette terinspirasi tiga burung kecil dari lagu karya Jess. Lantas apa yang menjadi inspirator Jess sehingga lagu itu tercipta? Sam, Odette, dan Jess adalah tiga tokoh utama di dalam novel.


Jika burung anis didengar karena kekhasan suaranya dibanding jenis burung lain, semoga Tiga Burung Kecil memberi kesan khas pada pembaca lain, seperti yang sudah saya rasakan. 

Selamat membaca!