Minggu, 17 Maret 2013

Semangat Senin


Kehebohan Senin pagi baru usai setelah anak dan suami pergi. 15 menit berlalu. Saya sedang bersiap-siap ke kamar mandi ketika telepon rumah berdering. Saya pun balik arah mendekat ke telepon sambil mereka-reka siapa yang menelepon jam segini.
Ternyata, sang penelepon adalah suami. Pikiran saya langsung siaga. Apakah ada yang tertinggal? Atau ada kabar gawat darurat?

“Hanya mau lapor, perjalanan dari rumah menuju tol lancar.” Saya menyimak.
“Tadi saya menelepon teman lama. Dia konfirmasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. ‘Apakah ini Mukhlis alumni IPB?’ Iya, jawab saya. ‘Yang tinggal di Yasmin?’ Iya. ‘Yang ganteng?’ Iya.” Saya mengerutkan kening. “ ‘Yang putih?’. Wah, bukan.” Nah!
“Jadi, ada perlu apa?” saya mengajukan pertanyaan.
“Tidak ada apa-apa.  Cuma mau bilang pagi ini saya memulai hari dengan semangat. Awal minggu yang menyenangkan.” Suamiku berkabar dengan ceria, efek disebut ganteng oleh teman lamanya :).
“Jadi,” saya mengulangi dengan nada lebih dalam, “Untuk menyampaikan berita ‘penting’ ini sampai rela buang-buang pulsa? Hebat!”
“Hehe, boleh dong menyemangati diri.”
“Bukannya kamu memang selalu antusias jika hendak mengajar?”
“Betul. Tapi kan memang beda dulu dan sekarang. Sekarang, saat menghadapi para mahasiswi itu, saya senang karena memandang mereka sebagai anak-anak saya. Kalau kita dulu langsung punya anak kan sekarang usia segitu.”
            “Maksud lo? Sekarang seperti memandang anak. Berarti....dulu..? Arghhhh!?!@#$%”

*Selamat bekerja, Say, penuh semangat. Rajinlah selalu tentu kaudapat. Hormati sejawat sayangi murid. Itulah tandanya kau suami budiman...:)

Kamis, 14 Maret 2013

ROMANTIS (Kahitna’s Syndrome)



Kamis malam, pukul 21.00 baru sempat melihat linimasa. Banyak status yang menggunakan tanda pagar K20, Kahitna, atau KompasTV. Langsung saja saya menyalakan televisi. Agak terlambat, tapi tak apalah. Siaran langsung dari Balai Sarbini menghormati Yovie Widiyanto dengan karya-karyanya yang melegenda. Kelompok musik yang hadir tak hanya Kahitna, ada juga kelompok atau vokalis lain didikan Yovie. Saya lebih memperhatikan Kahitnanya.

Mendengarkan lagu-lagu Kahitna tak pernah bosan. Padahal sebagian adalah lagu-lagu zaman saya masih remaja, 25 tahun lalu :). Dan lagu-lagu ini tak pernah gagal menghadirkan rasa tersanjung, istimewa, dicinta atau mencinta dengan setulus hati, atau bahkan galau.

Jika itu kali pertama, kesukaan pada lagu-lagu Kahitna dan lagu lain ciptaan Yovie Widiyanto adalah karena iramanya yang enak dinikmati. Membuat ingin mendengarnya lagi dan lagi. Pada kesempatan berikutnya, mulai lebih fokus mengamati pilihan kata. 

Kata-kata yang dipakai sangat akrab di telinga. Kata-kata biasa. Tetapi, semakin disimak, semakin tampak puitisasinya. Semakin terasa kedalaman maknanya.


“Kubertanya apakah aku yang ada dihatimu.
Tak mengapa jikalau aku tak pasti di benakmu”

Duh, itu kan dalem banget...


Yovie hampir selalu berhasil menggiring otak mengirim sinyal ke hati, daripada ke pikiran, saat lagu-lagunya diputar.

Pagi ini, saya teleconference dengan beberapa sahabat :). Membahas Yovie. Apakah Yovie seromantis itu terhadap istrinya? (hehe, serius sekali topik diskusi pagi para emak ini)

Jika mendengar lagu-lagu ciptaannya saja sudah membuat kita terkapar, apalagi istri Yovie ya? Dia pasti dihujani romantisme yang luar biasa oleh Yovie sebagai suami. Alangkah beruntung istrinya. Tapi, mungkin juga justru tidak romantis sama sekali. Melihat jejak Yovie yang melimpah, tentu itu hasil kerja luar biasa keras. Tentu dia lakukan semua itu dengan ketekunan dan serius. Dan itu berarti butuh waktu. Apalagi dunia hiburan banyak menggunakan waktu malam atau akhir pekan. Kemungkinan malah istrinya lebih banyak ditinggal sendiri, daripada disiram kata-kata puitis dan sikap romantis.

Untungnya, diskusi baru tahap awal ketika kita sadar, untuk apa juga bahas urusan Yovie dan istri...

Perbincangan pun bergeser ke topik yang lebih umum. Makna dan wujud romantis bagi setiap suami istri. Ternyata topik ini lebih disambut. Berbicara tentang diri sendiri selalu jauh lebih membuat bersemangat daripada membicarakan orang lain.

Romantis itu apa? Menurut KBBI, romantis adalah “bersifat seperti dalam cerita roman (percintaaan); bersifat mesra; mengasyikkan.”

Rormantis itu bagaimana? Nah, atas pertanyaan ini, jawaban sangat beragam. Sangat individual. Setiap pasangan mempunyai perwujudan rasa sayang dengan cara masing-masing.

Dalam kata, apakah romantis itu jika pasangan kita mengungkapkan, bahwa “Satu keyakinan untukku kini, kaulah yang terbaik untukku...”?

Dalam rasa, apakah romantis itu  Ada getar saat ku menatapmu ada disana. Kuyakini mata hatiku tak akan pernah salah...”?

Dalam sikap, apakah romantis itu jika pasangan kita memberikan setangkai mawar merah jambu tepat pukul 00.00 di hari ulang tahun?

Tidak selalu.

Seorang sahabat saya mengatakan, dia merasakan betul sang suami sayang padanya hanya dari tatapan lembut mata dan ucapan, “Ibu mau bakso?” ketika tukang bakso langganan lewat di depan rumah.

Sahabat yang lain, justru merasakan suasana romantis saat tidak ada pembantu. Katanya, “Suamiku tidak risih ikut menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, atau menyetrika. Melihat otot-ototnya dan kesungguhannya membantu, waduh, saya merasa kesetrum, kleper-kleper, tak terungkapkan. Suamiku kurus tapi kuat dan berisi.”

Sahabat ketiga merasa romantis dari tatapan. Saling tahu dan merasa apa yang dibutuhkan pasangan dari saling tatap itu. Pada saat bertemu pandang, ada rasa hangat di hati sehingga wajah jadi tersenyum. “Sampai hari ini, setelah 20 tahun berlalu, dan 6 anak dari rahimku, aku masih suka tersipu kalau ditatap dia,” ujarnya *pasti sambil tersipu ngetik pesannya juga.

Sahabat keempat, nah ini mungkin lebih sesuai dengan buku referensi :). Romantis bagi dia adalah saling mengucap sayang, saling memeluk, dan saling mengecup setiap pergi-pulang kerja atau menjelang tidur. Selain itu, menyuapi suami setiap pagi sambil sang suami menyiapkan diri untuk bekerja.

Diskusi sudah hampir ditutup karena masing-masing harus mulai menghadapi kenyataan. Pekerjaan. Tetapi saya diprotes mereka, diminta menyampaikan romantis versi saya. Waduh!

Bagi kami, saya dan suami, romantis atau apapun, adalah urusan kami berdua. Bukan untuk dibagi. Akhirnya, saya ceritakan juga sedikit, sambil berdoa dalam hati, semoga suami tak keberatan kisah ini dibagi.

Setiap pagi, tugas saya adalah menyediakan secangkir kopi. Kopi Kapal Api Special Mix. Tinggal seduh dengan air mendidih. Aduk. Sajikan. Tiap pagi pula, saya akan menerima ucapan, “Terima kasih, Say, kopi ini sangat enak kalau dikau yang menyeduhnya.” dengan nada dan bahasa tubuh seolah saya telah menyajikan sarapan mewah lengkap ala hotel bintang lima.

Semoga, mengingat saat-saat manis dengan pasangan, apapun bentuknya, akan menguatkan kita untuk tetap bersenandung, “ Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti.

Rabu, 13 Maret 2013

PRADUGA BAHAN BACAAN SD PADA KURIKULUM 2013


 
Mulai tahun ajaran 2013-2014, pelajaran di sekolah akan berdasarkan pada kurikulum 2013. Kurikulum terintegrasi antar berbagai topik dan bidang studi. Diharapkan siswa akan terbentuk karakternya setelah belajar menggunakan kurikulum ini.

Dalam pemahaman saya, terintegrasi tidak sekedar dalam rangka membentuk karakter, tetapi juga dalam mengetahui berbagai aspek kehidupan. Pengenalan lingkungan, interaksi sosial, dan lain-lain.

Menyimak berbagai isu belakangan ini, saya membayangkan sebuah praduga bahan bacaan pada buku teks anak-anak SD yang sedang belajar membaca. Referensi yang saya pakai hanya memori buku pelajaran SD zaman saya dan berita koran.

Dugaan belum tentu benar. Praduga berarti sebelum menduga. Berarti juga semakin kecil kemungkinan benarnya. Membayangkan sebuah praduga, berarti lebih jauh lagi mundurnya. Apalagi ada hukum yang berlaku bahwa “praduga tak bersalah”.

Jadi, maaf, saya tidak mau digugat atas kebenaran materi ini. Maaf juga, isi tulisan ini tidak seserius judulnya. Saya hanya sekedar ingin curhat :)

Petunjuk: mohon dibaca dengan intonasi ala siswa kelas 1 SD.

Tema : Makanan

Bahan bacaan ke-1 :
             
            Hari ini hari Minggu pagi. Pak Yono duduk di sofa sambil membaca koran. Ibu Ani ada di dapur. Kedua putra mereka sedang sibuk dengan gadget-nya.
            Pak Yono membaca satu berita. Dia terkejut dan memanggil istrinya.

Pak Yono        : “Bu, benarkah bawang merah sekarang mahal?”
Bu Ani             : “Siapa yang berkata demikian?”
Pak Yono        : “Ini ada beritanya di koran.”
Bu Ani             : “O ya? Sudah lama saya tidak beli bawang merah, Pak.”
Pak Yono        : “Bukankah tadi pagi kita sarapan nasi goreng?”
Bu Ani             : “Apa hubungannya?”
Pak Yono        : “Nasi goreng kan pakai bawang merah.”
Bu Ani             : “Tidak, Pak. Nasi goreng itu cukup pakai bumbu instan.
    Buka bungkusnya, tumis, masukkan nasi, dan beri kecap. Selesai.”


Bahan Bacaan ke-2 :
            
           Masih hari Minggu pagi juga. Pak Budi sedang membaca koran juga di rumahnya.
Bu Budi menonton televisi.

Pak Budi         : “Bu, sarapan pagi ini enak sekali.”
Bu Budi          : “Terima kasih.”
Pak Budi         : “Aroma bawang putihnya sangat terasa. Tidak sayang, Bu?”
Bu Budi          : “Sayang kenapa?”
Pak Budi         : “Ini kata koran harga bawang putih mahal.”
Bu Budi          : “Ah, itu kan kata koran.”
Pak Budi         : “Berarti koran bohong? Memangnya berapa harga di pasar?”
Bu Budi          : “Mana Ibu tahu. Yang ke pasar dan masak sarapan kita kan si bibi.”

Bahan bacaan ke-3 :
           
           Masih hari Minggu, tapi hari sudah siang. Pak Wono baru usai makan.
Menu istimewa. Steak daging sapi.

Pak Wono       : “Enak sekali. Terima kasih Ibu menghemat pengeluaran lain.
   Kita pun bisa   makan steak hari ini.”
Bu Wono         : “Biasa saja kok, Pak. Harganya sama dengan minggu lalu.”
Pak Wono       : “Lho, di berita pagi disebutkan harga daging sapi kita paling mahal.”
Bu Wono         : “Begitu ya, Pak? Ibu beli steak pesan-antar ini dari restoran di mal seberang kompleks.”

Bahan bacaan ke-4 :

Hari Minggu malam. Mira sudah mengantuk, tetapi Bunda masih sibuk BBM-an.
Mira minta ditemani Nenek. Nenek pun menemani Mira tidur.
Mira suka tidur dengan Nenek, karena selalu mendongeng sebelum tidur.
Malam ini Nenek mengulang lagi cerita Bawang Merah Bawang Putih.

Nenek  :           Pada zaman dahulu, di sebuah desa ada keluarga dengan dua anak.
Namanya Bawang Merah dan Bawang Putih.
Bawang Merah bermata biru sedangkan Bawang Putih berambut pirang.
Keduanya berkulit putih dan tinggi.
Mira     :           Nek, mengapa ceritanya ganti?
Nenek  :           Maksud Mira? Nenek kan belum mulai kisahnya.
Mira     :           Itu...kok matanya biru, rambut pirang, dan kulit putih serta tinggi.
Mereka kan gadis desa. Mengapa seperti orang-orang luar negeri?
Nenek  :           Dongeng kan harus jujur, Sayang.
Memang begitulah Bawang Merah dan Bawang Putih  sekarang.

Bel sudah berbunyi. Waktu belajar usai.
Sekian dan terima kasih.