Kehebohan Senin pagi
baru usai setelah anak dan suami pergi. 15 menit berlalu. Saya sedang
bersiap-siap ke kamar mandi ketika telepon rumah berdering. Saya pun balik arah
mendekat ke telepon sambil mereka-reka siapa yang menelepon jam segini.
Ternyata, sang
penelepon adalah suami. Pikiran saya langsung siaga. Apakah ada yang
tertinggal? Atau ada kabar gawat darurat?
“Hanya mau lapor,
perjalanan dari rumah menuju tol lancar.” Saya menyimak.
“Tadi saya menelepon
teman lama. Dia konfirmasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. ‘Apakah ini
Mukhlis alumni IPB?’ Iya, jawab saya. ‘Yang tinggal di Yasmin?’ Iya. ‘Yang
ganteng?’ Iya.” Saya mengerutkan kening. “ ‘Yang putih?’. Wah, bukan.” Nah!
“Jadi, ada perlu apa?”
saya mengajukan pertanyaan.
“Tidak ada
apa-apa. Cuma mau bilang pagi ini saya
memulai hari dengan semangat. Awal minggu yang menyenangkan.” Suamiku berkabar
dengan ceria, efek disebut ganteng oleh teman lamanya :).
“Jadi,” saya mengulangi
dengan nada lebih dalam, “Untuk menyampaikan berita ‘penting’ ini sampai rela
buang-buang pulsa? Hebat!”
“Hehe, boleh dong
menyemangati diri.”
“Bukannya kamu memang
selalu antusias jika hendak mengajar?”
“Betul. Tapi kan memang
beda dulu dan sekarang. Sekarang, saat menghadapi para mahasiswi itu, saya
senang karena memandang mereka sebagai anak-anak saya. Kalau kita dulu langsung
punya anak kan sekarang usia segitu.”
“Maksud
lo? Sekarang seperti memandang anak. Berarti....dulu..? Arghhhh!?!@#$%”
*Selamat bekerja, Say, penuh semangat. Rajinlah
selalu tentu kaudapat. Hormati sejawat sayangi murid. Itulah tandanya kau suami
budiman...:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar