Kamis, 14 Maret 2013

ROMANTIS (Kahitna’s Syndrome)



Kamis malam, pukul 21.00 baru sempat melihat linimasa. Banyak status yang menggunakan tanda pagar K20, Kahitna, atau KompasTV. Langsung saja saya menyalakan televisi. Agak terlambat, tapi tak apalah. Siaran langsung dari Balai Sarbini menghormati Yovie Widiyanto dengan karya-karyanya yang melegenda. Kelompok musik yang hadir tak hanya Kahitna, ada juga kelompok atau vokalis lain didikan Yovie. Saya lebih memperhatikan Kahitnanya.

Mendengarkan lagu-lagu Kahitna tak pernah bosan. Padahal sebagian adalah lagu-lagu zaman saya masih remaja, 25 tahun lalu :). Dan lagu-lagu ini tak pernah gagal menghadirkan rasa tersanjung, istimewa, dicinta atau mencinta dengan setulus hati, atau bahkan galau.

Jika itu kali pertama, kesukaan pada lagu-lagu Kahitna dan lagu lain ciptaan Yovie Widiyanto adalah karena iramanya yang enak dinikmati. Membuat ingin mendengarnya lagi dan lagi. Pada kesempatan berikutnya, mulai lebih fokus mengamati pilihan kata. 

Kata-kata yang dipakai sangat akrab di telinga. Kata-kata biasa. Tetapi, semakin disimak, semakin tampak puitisasinya. Semakin terasa kedalaman maknanya.


“Kubertanya apakah aku yang ada dihatimu.
Tak mengapa jikalau aku tak pasti di benakmu”

Duh, itu kan dalem banget...


Yovie hampir selalu berhasil menggiring otak mengirim sinyal ke hati, daripada ke pikiran, saat lagu-lagunya diputar.

Pagi ini, saya teleconference dengan beberapa sahabat :). Membahas Yovie. Apakah Yovie seromantis itu terhadap istrinya? (hehe, serius sekali topik diskusi pagi para emak ini)

Jika mendengar lagu-lagu ciptaannya saja sudah membuat kita terkapar, apalagi istri Yovie ya? Dia pasti dihujani romantisme yang luar biasa oleh Yovie sebagai suami. Alangkah beruntung istrinya. Tapi, mungkin juga justru tidak romantis sama sekali. Melihat jejak Yovie yang melimpah, tentu itu hasil kerja luar biasa keras. Tentu dia lakukan semua itu dengan ketekunan dan serius. Dan itu berarti butuh waktu. Apalagi dunia hiburan banyak menggunakan waktu malam atau akhir pekan. Kemungkinan malah istrinya lebih banyak ditinggal sendiri, daripada disiram kata-kata puitis dan sikap romantis.

Untungnya, diskusi baru tahap awal ketika kita sadar, untuk apa juga bahas urusan Yovie dan istri...

Perbincangan pun bergeser ke topik yang lebih umum. Makna dan wujud romantis bagi setiap suami istri. Ternyata topik ini lebih disambut. Berbicara tentang diri sendiri selalu jauh lebih membuat bersemangat daripada membicarakan orang lain.

Romantis itu apa? Menurut KBBI, romantis adalah “bersifat seperti dalam cerita roman (percintaaan); bersifat mesra; mengasyikkan.”

Rormantis itu bagaimana? Nah, atas pertanyaan ini, jawaban sangat beragam. Sangat individual. Setiap pasangan mempunyai perwujudan rasa sayang dengan cara masing-masing.

Dalam kata, apakah romantis itu jika pasangan kita mengungkapkan, bahwa “Satu keyakinan untukku kini, kaulah yang terbaik untukku...”?

Dalam rasa, apakah romantis itu  Ada getar saat ku menatapmu ada disana. Kuyakini mata hatiku tak akan pernah salah...”?

Dalam sikap, apakah romantis itu jika pasangan kita memberikan setangkai mawar merah jambu tepat pukul 00.00 di hari ulang tahun?

Tidak selalu.

Seorang sahabat saya mengatakan, dia merasakan betul sang suami sayang padanya hanya dari tatapan lembut mata dan ucapan, “Ibu mau bakso?” ketika tukang bakso langganan lewat di depan rumah.

Sahabat yang lain, justru merasakan suasana romantis saat tidak ada pembantu. Katanya, “Suamiku tidak risih ikut menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, atau menyetrika. Melihat otot-ototnya dan kesungguhannya membantu, waduh, saya merasa kesetrum, kleper-kleper, tak terungkapkan. Suamiku kurus tapi kuat dan berisi.”

Sahabat ketiga merasa romantis dari tatapan. Saling tahu dan merasa apa yang dibutuhkan pasangan dari saling tatap itu. Pada saat bertemu pandang, ada rasa hangat di hati sehingga wajah jadi tersenyum. “Sampai hari ini, setelah 20 tahun berlalu, dan 6 anak dari rahimku, aku masih suka tersipu kalau ditatap dia,” ujarnya *pasti sambil tersipu ngetik pesannya juga.

Sahabat keempat, nah ini mungkin lebih sesuai dengan buku referensi :). Romantis bagi dia adalah saling mengucap sayang, saling memeluk, dan saling mengecup setiap pergi-pulang kerja atau menjelang tidur. Selain itu, menyuapi suami setiap pagi sambil sang suami menyiapkan diri untuk bekerja.

Diskusi sudah hampir ditutup karena masing-masing harus mulai menghadapi kenyataan. Pekerjaan. Tetapi saya diprotes mereka, diminta menyampaikan romantis versi saya. Waduh!

Bagi kami, saya dan suami, romantis atau apapun, adalah urusan kami berdua. Bukan untuk dibagi. Akhirnya, saya ceritakan juga sedikit, sambil berdoa dalam hati, semoga suami tak keberatan kisah ini dibagi.

Setiap pagi, tugas saya adalah menyediakan secangkir kopi. Kopi Kapal Api Special Mix. Tinggal seduh dengan air mendidih. Aduk. Sajikan. Tiap pagi pula, saya akan menerima ucapan, “Terima kasih, Say, kopi ini sangat enak kalau dikau yang menyeduhnya.” dengan nada dan bahasa tubuh seolah saya telah menyajikan sarapan mewah lengkap ala hotel bintang lima.

Semoga, mengingat saat-saat manis dengan pasangan, apapun bentuknya, akan menguatkan kita untuk tetap bersenandung, “ Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar