Mulai
tahun ajaran 2013-2014, pelajaran di sekolah akan berdasarkan pada kurikulum
2013. Kurikulum terintegrasi antar berbagai topik dan bidang studi. Diharapkan siswa
akan terbentuk karakternya setelah belajar menggunakan kurikulum ini.
Dalam
pemahaman saya, terintegrasi tidak sekedar dalam rangka membentuk karakter,
tetapi juga dalam mengetahui berbagai aspek kehidupan. Pengenalan lingkungan, interaksi
sosial, dan lain-lain.
Menyimak
berbagai isu belakangan ini, saya membayangkan sebuah praduga bahan bacaan pada
buku teks anak-anak SD yang sedang belajar membaca. Referensi yang saya pakai
hanya memori buku pelajaran SD zaman saya dan berita koran.
Dugaan
belum tentu benar. Praduga berarti sebelum menduga. Berarti juga semakin kecil
kemungkinan benarnya. Membayangkan sebuah praduga, berarti lebih jauh lagi
mundurnya. Apalagi ada hukum yang berlaku bahwa “praduga tak bersalah”.
Jadi,
maaf, saya tidak mau digugat atas kebenaran materi ini. Maaf juga, isi tulisan
ini tidak seserius judulnya. Saya hanya sekedar ingin curhat :)
Petunjuk:
mohon dibaca dengan intonasi ala siswa kelas 1 SD.
Tema : Makanan
Bahan bacaan ke-1 :
Hari ini hari Minggu pagi. Pak Yono duduk di sofa sambil
membaca koran. Ibu Ani ada di dapur. Kedua putra
mereka sedang sibuk dengan gadget-nya.
Pak Yono membaca satu berita. Dia terkejut dan memanggil
istrinya.
Pak Yono : “Bu, benarkah bawang merah sekarang mahal?”
Bu Ani : “Siapa yang berkata demikian?”
Pak Yono : “Ini ada beritanya di koran.”
Bu Ani : “O ya? Sudah lama saya tidak beli bawang
merah, Pak.”
Pak Yono : “Bukankah tadi pagi kita sarapan nasi goreng?”
Bu Ani : “Apa hubungannya?”
Pak Yono : “Nasi goreng kan pakai bawang merah.”
Bu Ani :
“Tidak, Pak. Nasi goreng itu cukup pakai bumbu instan.
Buka bungkusnya,
tumis, masukkan nasi, dan beri kecap. Selesai.”
Bahan Bacaan ke-2 :
Masih hari Minggu pagi juga. Pak Budi sedang membaca
koran juga di rumahnya.
Bu Budi menonton televisi.
Pak Budi : “Bu, sarapan pagi ini enak sekali.”
Bu Budi : “Terima kasih.”
Pak Budi : “Aroma bawang putihnya sangat terasa. Tidak sayang, Bu?”
Bu Budi : “Sayang kenapa?”
Pak Budi : “Ini kata koran harga bawang putih mahal.”
Bu Budi : “Ah, itu kan kata koran.”
Pak Budi : “Berarti koran bohong? Memangnya berapa harga di pasar?”
Bu Budi : “Mana Ibu tahu. Yang ke pasar dan masak sarapan kita kan
si bibi.”
Bahan bacaan ke-3 :
Masih hari Minggu, tapi hari sudah siang. Pak Wono baru
usai makan.
Menu istimewa. Steak daging sapi.
Pak Wono : “Enak
sekali. Terima kasih Ibu menghemat pengeluaran lain.
Kita pun bisa makan steak
hari ini.”
Bu Wono : “Biasa
saja kok, Pak. Harganya sama dengan minggu lalu.”
Pak Wono : “Lho,
di berita pagi disebutkan harga daging sapi kita paling mahal.”
Bu Wono : “Begitu
ya, Pak? Ibu beli steak pesan-antar ini
dari restoran di mal seberang kompleks.”
Bahan bacaan
ke-4 :
Hari Minggu malam. Mira sudah mengantuk, tetapi Bunda masih
sibuk BBM-an.
Mira minta ditemani Nenek.
Nenek pun menemani Mira tidur.
Mira suka tidur dengan Nenek,
karena selalu mendongeng sebelum tidur.
Malam ini Nenek mengulang lagi
cerita Bawang Merah Bawang Putih.
Nenek : Pada zaman dahulu, di sebuah desa ada
keluarga dengan dua anak.
Namanya Bawang Merah dan Bawang Putih.
Bawang Merah bermata biru sedangkan Bawang Putih berambut
pirang.
Keduanya berkulit putih dan tinggi.
Mira : Nek, mengapa
ceritanya ganti?
Nenek : Maksud Mira? Nenek
kan belum mulai kisahnya.
Mira : Itu...kok
matanya biru, rambut pirang, dan kulit putih serta tinggi.
Mereka kan gadis desa. Mengapa seperti orang-orang luar
negeri?
Nenek : Dongeng kan harus
jujur, Sayang.
Memang begitulah Bawang Merah dan Bawang Putih sekarang.
Bel sudah berbunyi. Waktu belajar
usai.
Sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar