“Mbak, mau Mustopa? Bisa pesan
dulu kok. Kalau Ramadhan harganya naik.” Waduh, memangnya saya apaan. Punya suami
kok. Eh, tapi, istilahnya harga ya,
bukan tarif? Saya selalu tersenyum
mengingat obrolan 7 tahun lalu di Bandung ini. Saat itu sedang menunggu jam
sekolah anak usai, ditawari mustopa oleh teman.
Hari pertama Ramadhan kemarin,
obrolan tentang mustopa muncul lagi. Salah satu sahabat saya, Deni Meiekawati,
bercerita bahwa dia sedang memasak mustopa. Menu wajib Ramadhan di rumahnya. Iya,
mustopa itu nama makanan. Sahabat saya yang lain, yang dikenal jago masak,
dengan lugu bertanya, “Dimakannya pakai apa? Roti maryam?” Wajar sih, nama
Mustopa untuk makanan pasti langsung berasosiasi ke makanan arab. Sebenarnya,
makhluk apa yang dinamai mustopa ini?
Mustopa,
pakai “p”, ya ---walau sekarang jadi lebih beken sebagai mustofa, dengan “f”--- adalah nama lain dari kentang-kering. Makanan yang dibuat dari kentang
diiris-ukuran-korek-api atau diparut-besar, digoreng kering, kemudian diberi
bumbu. Rasanya asam-manis-pedas. Di tempat lain ada yang menamainya ben cok.
Begitu tahu yang dimaksud, sahabat-yang-jago-masak
langsung tertawa. “Itu mah saya
juga sering buat.”
Apapun namanya, mustopa adalah
dewa penyelamat bagi ibu-ibu di bulan ramadhan. Masak nasi sebelum tidur,
bangun kesiangan pun tetap bisa sahur nikmat. Nasi hangat ditaburi mustopa.
Pengalaman kami di sahur kedua tadi...ssst... :)
Ceritanya, sebelum menulis ini
saya mencoba cari referensi. Mengapa disebut mustofa? Saya bertanya pada Aa
Google. Ada lebih dari 10 halaman yang disajikan tentang kentang-kering-mustofa
ini. Saya hanya buka beberapa link
saja.
Ternyata semua sepakat, bahwa
sejarah penamaan Mustopa belum terungkap. Semua berdasar dugaan saja. Dugaan bahwa
seseorang bernama Mustopalah yang mempopulerkan kentang-kering di wilayah
Tasikmalaya-Ciamis Jawa Barat. (salah satunya, http://tentangsundaalafarrellzra.blogspot.com/
)
Saya menemukan, bahwa ada
kentang kering merk Mustopa di Ciamis sejak tahun 1960-an yang pemiliknya bukan
bernama Mustopa. ( maaf saya ganggu tautannya karena ini laman iklan. http://shanny*****.wordpress.com/2009/08/14/jual-sambal-goreng-kentang-mustopa/
). Mereka sendiri tidak tahu siapa “mustopa” yang dimaksud. Artinya, kentang
kering sudah bernama mustopa di
Ciamis, jauh sebelum tahun 1960.
Baiklah, ktia abaikan saja asal
mulanya. Sekarang kita coba fokus pada pembuatannya.
Membuat kentang kering
tampaknya tak terlalu mudah. Dari beberapa tautan yang saya baca, banyak yang
bertanya bagaimana agar kentangnya tetap kering setelah dicampur bumbu. Ada yang
menyarankan kentang direndam air kapur sirih dulu sebelum digoreng, kemudian gunakan gula pasir yang
dihaluskan, sehingga kentang tak sempat terendam adonan basah lama-lama (baca: http://www.diahdidi.com/2014/05/kering-kentang-mustafa.html).
Sementara, Deni menyampaikan
caranya membuat mustopa sebagai berikut:
Siapkan kentangnya terlebih
dahulu. Bisa diiris ukuran korek api atau diparut dengan parutan khusus agar
lebih praktis. Digoreng kering. Bisa juga ditambah dengan kacang tanah atau
teri.
Kemudian siapkan bumbu. Blender
bawang putih, cabe merah, dan kemiri. Beri sedikit air saja. Tumis bumbu halus
ini sampai matang. Tambahkan garam, gula, dan air asam. Gunakan api kecil, sambil diaduk-aduk
terus agar tidak gosong. Tahap ini yang agak lama. Dan butuh kesabaran tingkat
tinggi. Jika kurang sabar, biasanya
tergoda untuk segera memasukkan kentang. Akibatnya, kentang tak renyah. Basah.
Jadi, adonan harus terus diaduk
di atas api kecil sampai “rumamat”. Itu istilah dalam bahasa Sunda. Terjemahan bebasnya
kurang lebih...sampai timbul gelembung-gelembung yang menunjukkan air menguap dari adonan, dan
adonan mengental seperti karamel atau
gulali, tak menempel di wajan. Jika sudah begini, baru tuangkan kentang yang
sudah digoreng kering tadi. Aduk rata dengan segera.
Deni selalu menyiapkan kentang
kering mustopa yang bumbunya digoreng sampai rumamat sejak anak-anaknya kecil. Jadi,
dulu mereka selalu minta makan pakai rumamat.
Mungkin karena ibunya sering berkata
saat anak-anak tak sabar menunggu
masakan matang, “Sebentar, belum rumamat.” Lama-kelamaan, anak-anak paham bahwa
yang dimasak ibu itu namanya Mustofa.
Kalau saya perhatikan,
penggunaan istilah mustopa banyak dipakai orang-orang Ciamis-Tasikmalaya. Sedangkan
mustofa populer di wilayah Bandung dan sekitarnya, tempat Deni sekeluarga
tinggal. Apakah perubahan p ke f ini sekedar masalah geografis, atau
lebih ke nasionalis? Toh ketika kita cek secara
acak, kering-kentang ini makanan yang
sebenarnya tersebar merata di seluruh Indonesia, dengan berbagai varian
nama dan rasa. Bahkan, sudah menjadi
salah satu makanan khas identitas negeri kita. Banyak perantau yang mengatasi
kangen terhadap tanah air menyiasatinya dengan menyediakan kentang-kering siap
makan ini di rumahnya.
Kepopuleran kering-kentang mustofa
jauh melampaui popularitas namanya. Deni bercerita, bahwa saudara-saudara
iparnya dulu suka mengajukan permohonan, “Mbak,
buatin Abdullah dong....” Hanya ingat nama-arab-nya saja, haha.
Setahu saya,nama kentang mustopa diambil dari nama opo mustopa almarhum mantan koki istana kepresidenan istana cipanan sejak preseden sukarno sampai preseden suharto,coba bisa cari tahu dari keluarga opo mustopa pada hari ini anaknya masih ada di cipanas,lebih gampang mencari info dari istana kepreseden istana cipanas
BalasHapusBagaimana cara ny kl sy mo jd reseller tlg info ny...trm ksh
BalasHapus