Banyak manfaat jika kita
membawa botol minum sendiri.
Kita tahu persis apa isi
botolnya, kebersihannya, dan jumlah air yang sudah kita konsumsi. Ini berkaitan
erat dengan kesehatan diri pribadi. Di perjalanan, kita tak perlu khawatir
hadapi macet. Saat haus, tinggal minum. Banyak pedagang asongan menjual air
minum kemasan, tetapi banyak kisah juga tentang pemalsuan. Jadi, selain
mempengaruhi budget, kita juga mengurangi resiko tertipu. “Sakitnya itu disini
(sambil memegang dada)” versi “lebay” ABG sekarang untuk menunjukkan rasa tak
nyaman. :)
Di kantor, di sekolah, atau di
rumah teman, kita bisa isi ulang. Jika makan di restoran, kita tak perlu sakit
hati membayar tinggi untuk sebotol air. Di restoran bagus, air putih saja harus
membeli dengan harga berlipat dari harga warung. Di warung makan atau kaki lima,
air masih banyak yang gratis, tetapi mungkin kita tak yakin kebersihan
gelasnya. Jadi, membawa botol minum sendiri juga merupakan solusi yang baik.
Membawa botol minum sendiri
juga menunjukkan rasa cinta kita kepada keluarga. Banyak orang bekerja keras
mengumpulkan harta agar anak cucunya terjamin secara materi. Mengurangi pembelian
air minum kemasan menjadi bagian dari itu. Dengan berhemat, simpanan untuk
tujuh turunan bisa lebih cepat terkumpul.
Kita bisa memberi “hadiah”
kepada diri sendiri untuk membuktikannya. Setiap minum di luar rumah dari botol
minum kita, sisihkan uang sejumlah harga minuman kemasan. Jika biasanya membeli
air kemasan gelas, sisihkan Rp 500. Jika biasanya membeli air dalam botol,
sisihkan Rp 3.000. Apalagi jika di restoran atau bandara, sisihkan Rp 10.000
pengganti harga air kemasan. Lakukan setiap kali minum, bisa beberapa kali
sehari, kan? Kumpulkan di dompet/kotak khusus.
Hari ini tanggal 1 Juni. Mumpung
awal bulan, kita bisa coba terapkan. Silakan kotaknya dibuka tanggal 9 Juli
bersamaan dengan dibukanya kotak suara di TPS. Kita akan terkejut dengan jumlah
rupiah yang berhasil kita hemat. Kebahagiaan kita akan sempurna jika capres pilihan
kita menang, dan kita akan tetap terhibur walaupun capres pilihan kita kalah. Siapapun
capres pilihannya, setiap orang akan tetap gembira, hanya gara-gara tak membeli
air minum kemasan!
Selain harta, semua orang ingin
hidup sehat. Untuk apa harta banyak tapi sakit-sakitan. Membawa botol minum
sendiri juga menunjukkan bahwa kita sangat cinta keluarga. Tak hanya mewariskan
materi, tetapi juga kita berusaha agar anak-cucu kita sehat tujuh turunan. Kok bisa?
Sangat bisa!
Membawa botol minum sendiri
berarti mengurangi penggunaan botol
plastik sekali pakai. Agar kesehatan terjaga, tubuh kita perlu minimal 2 liter
air per hari. Jika dipenuhi dari air kemasan ukuran gelas, itu sama dengan 10
gelas. Jika terbiasa minum dari air kemasan botol, itu setara dengan 4 botol.
Jika kita ambil angka maksimal,
berarti, dalam sebulan, kita menyisakan 300 gelas plastik atau 120 botol
plastik. Dalam setahun, kita meninggalkan di muka bumi sebanyak 3600 gelas
plastik atau 1440 botol plastik. Jika usia produktif keluar rumah
(sekolah+kerja+dll.) 50 tahun dari usia “standar” 60-70 tahun hidup di dunia,
maka kita mewariskan 180.000 gelas plastik atau 72.000 botol plastik saja! Ini hitungan satu orang lo. Di
muka bumi ada sekitar 7 milyar manusia.
Produk plastik adalah inovasi
manusia yang memberi banyak kemudahan. Tetapi, di sisi lain meninggalkan bom
waktu bagi keturunan kita. Satu gelas plastik baru akan terurai setelah
bertahun-tahun. Saat kita wafat, gelas bekas minum kita itu mungkin baru
melalui tahap menjadi serpihan. Untuk menjadi hancur dan menyatu dengan alam,
perlu 100-200 tahun.
Ada sih alat penghancur sampah
yang sekarang mulai banyak digunakan di
Indonesia, insinerator. Ironisnya, alat ini justru sedang mulai ditinggalkan di
negara-negara yang sudah memakainya lama. Plastiknya hancur, tapi gas buangan
dari alat ini, mengandung zat beracun yang dikenal dengan nama dioksin.
Dioksin ikut terhirup
saat bernafas, dan betah tinggal di tubuh kita. Dia tak ikut terbuang melalui
keringat, air seni, ataupun pengeluaran lain. Seorang laki-laki lebih setia
kepada dioksin daripada kepada istrinya, karena akan dibawa mati. Tetapi seorang
wanita akan berbagi dioksin kepada anak yang dikandungnya.
Akumulasi dioksin yang terhirup
dapat berakibat fatal. Masih mending jika “hanya sekedar” kanker, karena itu
hanya diri sendiri yang terpapar. Tetapi seorang wanita, berpotensi melahirkan
anak-anak cacat. Kita tak pernah tahu dioksin dari seorang wanita akan
mempengaruhi sel yang mana dari janin yang dikandungnya. Bisa mempengaruhi
fisik, mental, atau bahkan keduanya.
Jika ini yang terjadi,
jangan-jangan harta untuk tujuh turunan yang kita kumpulkan, hanya akan habis
untuk pengobatan turunan pertama atau kedua. Dan kalaupun mereka masih bisa
memberi kita turunan ketiga dan seterusnya, plastik yang kita gunakan hari ini
akan menjadi tempat berpijak mereka. Sehingga lagu nasional kita akan berubah
menjadi..... “Tanah plastik...ku tidak kulupakan...” cucu-cicit kita akan
menyanyi sambil membayangkan eyang-canggahnya minum air dari botol plastik. Bernyanyi
tidak dengan sikap sempurna karena mungkin
ketidaksempurnaan fisiknya, dan tangan di dada bukan menyatakan bangga,
tapi....”sakitnya itu disini”.
Na’udzubillah min dzalik. Tak
ada yang mau seperti itu. Kalau begitu, mau ya kita mulai kurangi penggunaan
gelas plastik dan botol plastik sekali pakai?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar