Sabtu, 31 Mei 2014

BAWA BOTOL MINUM, YUK!



          Banyak manfaat jika kita membawa botol minum sendiri. 

          Kita tahu persis apa isi botolnya, kebersihannya, dan jumlah air yang sudah kita konsumsi. Ini berkaitan erat dengan kesehatan diri pribadi. Di perjalanan, kita tak perlu khawatir hadapi macet. Saat haus, tinggal minum. Banyak pedagang asongan menjual air minum kemasan, tetapi banyak kisah juga tentang pemalsuan. Jadi, selain mempengaruhi budget, kita juga mengurangi resiko tertipu. “Sakitnya itu disini (sambil memegang dada)” versi “lebay” ABG sekarang untuk menunjukkan rasa tak nyaman. :)

          Di kantor, di sekolah, atau di rumah teman, kita bisa isi ulang. Jika makan di restoran, kita tak perlu sakit hati membayar tinggi untuk sebotol air. Di restoran bagus, air putih saja harus membeli dengan harga berlipat dari harga warung. Di warung makan atau kaki lima, air masih banyak yang gratis, tetapi mungkin kita tak yakin kebersihan gelasnya. Jadi, membawa botol minum sendiri juga merupakan solusi yang baik.

          Membawa botol minum sendiri juga menunjukkan rasa cinta kita kepada keluarga. Banyak orang bekerja keras mengumpulkan harta agar anak cucunya terjamin secara materi. Mengurangi pembelian air minum kemasan menjadi bagian dari itu. Dengan berhemat, simpanan untuk tujuh turunan bisa lebih cepat terkumpul. 

          Kita bisa memberi “hadiah” kepada diri sendiri untuk membuktikannya. Setiap minum di luar rumah dari botol minum kita, sisihkan uang sejumlah harga minuman kemasan. Jika biasanya membeli air kemasan gelas, sisihkan Rp 500. Jika biasanya membeli air dalam botol, sisihkan Rp 3.000. Apalagi jika di restoran atau bandara, sisihkan Rp 10.000 pengganti harga air kemasan. Lakukan setiap kali minum, bisa beberapa kali sehari, kan? Kumpulkan di dompet/kotak khusus. 

          Hari ini tanggal 1 Juni. Mumpung awal bulan, kita bisa coba terapkan. Silakan kotaknya dibuka tanggal 9 Juli bersamaan dengan dibukanya kotak suara di TPS. Kita akan terkejut dengan jumlah rupiah yang berhasil kita hemat. Kebahagiaan kita akan sempurna jika capres pilihan kita menang, dan kita akan tetap terhibur walaupun capres pilihan kita kalah. Siapapun capres pilihannya, setiap orang akan tetap gembira, hanya gara-gara tak membeli air minum kemasan! 

          Selain harta, semua orang ingin hidup sehat. Untuk apa harta banyak tapi sakit-sakitan. Membawa botol minum sendiri juga menunjukkan bahwa kita sangat cinta keluarga. Tak hanya mewariskan materi, tetapi juga kita berusaha agar anak-cucu kita sehat tujuh turunan. Kok bisa? Sangat bisa!

          Membawa botol minum sendiri berarti mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai. Agar kesehatan terjaga, tubuh kita perlu minimal 2 liter air per hari. Jika dipenuhi dari air kemasan ukuran gelas, itu sama dengan 10 gelas. Jika terbiasa minum dari air kemasan botol, itu setara dengan 4 botol. 

          Jika kita ambil angka maksimal, berarti, dalam sebulan, kita menyisakan 300 gelas plastik atau 120 botol plastik. Dalam setahun, kita meninggalkan di muka bumi sebanyak 3600 gelas plastik atau 1440 botol plastik. Jika usia produktif keluar rumah (sekolah+kerja+dll.) 50 tahun dari usia “standar” 60-70 tahun hidup di dunia, maka kita mewariskan 180.000 gelas plastik atau 72.000 botol plastik saja! Ini hitungan satu orang lo. Di muka bumi ada sekitar 7 milyar manusia.

          Produk plastik adalah inovasi manusia yang memberi banyak kemudahan. Tetapi, di sisi lain meninggalkan bom waktu bagi keturunan kita. Satu gelas plastik baru akan terurai setelah bertahun-tahun. Saat kita wafat, gelas bekas minum kita itu mungkin baru melalui tahap menjadi serpihan. Untuk menjadi hancur dan menyatu dengan alam, perlu 100-200 tahun.

          Ada sih alat penghancur sampah yang sekarang mulai banyak digunakan  di Indonesia, insinerator. Ironisnya, alat ini justru sedang mulai ditinggalkan di negara-negara yang sudah memakainya lama. Plastiknya hancur, tapi gas buangan dari alat ini, mengandung zat beracun yang dikenal dengan nama dioksin. 

          Dioksin ikut terhirup saat bernafas, dan betah tinggal di tubuh kita. Dia tak ikut terbuang melalui keringat, air seni, ataupun pengeluaran lain. Seorang laki-laki lebih setia kepada dioksin daripada kepada istrinya, karena akan dibawa mati. Tetapi seorang wanita akan berbagi dioksin kepada anak yang dikandungnya.

          Akumulasi dioksin yang terhirup dapat berakibat fatal. Masih mending jika “hanya sekedar” kanker, karena itu hanya diri sendiri yang terpapar. Tetapi seorang wanita, berpotensi melahirkan anak-anak cacat. Kita tak pernah tahu dioksin dari seorang wanita akan mempengaruhi sel yang mana dari janin yang dikandungnya. Bisa mempengaruhi fisik, mental, atau bahkan keduanya. 

          Jika ini yang terjadi, jangan-jangan harta untuk tujuh turunan yang kita kumpulkan, hanya akan habis untuk pengobatan turunan pertama atau kedua. Dan kalaupun mereka masih bisa memberi kita turunan ketiga dan seterusnya, plastik yang kita gunakan hari ini akan menjadi tempat berpijak mereka. Sehingga lagu nasional kita akan berubah menjadi..... “Tanah plastik...ku tidak kulupakan...” cucu-cicit kita akan menyanyi sambil membayangkan eyang-canggahnya minum air dari botol plastik. Bernyanyi tidak dengan sikap sempurna  karena mungkin ketidaksempurnaan fisiknya, dan tangan di dada bukan menyatakan bangga, tapi....”sakitnya itu disini”.

          Na’udzubillah min dzalik. Tak ada yang mau seperti itu. Kalau begitu, mau ya kita mulai kurangi penggunaan gelas plastik dan botol plastik sekali pakai?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar