Ada banyak cara mencegah
korupsi. Salah satunya, membesarkan anak-anak yang berintegritas. Anak-anak
yang mahir membedakan mana yang benar, mana yang salah, dan bagaimana memilih sikap.
Selain contoh nyata dari para
dewasa di sekitarnya, anak juga dikenalkan dengan nilai-nilai kebaikan itu
melalui buku.
Sebagai lembaga pemberantasan
korupsi, KPK bekerja sama dengan Forum Penulis Bacaan Anak, menerbitkan satu
seri buku untuk anak-anak. Cetakan
pertama dan kedua tahun 2012. Saya baru
mendapatkan buku ini sekitar 1 bulan yang lalu.
Seri yang diberi nama Tunas
Integritas ini terdiri dari 6 buku bergambar berukuran 24,5x25 cm2 .
Setiap buku terdiri dari beberapa cerita,
puisi, atau teka-teki. Total ada 36 judul karya 24 penulis.
Ada Sofie Dewayani, Triani
Retno A., Ali Muakhir, Eva Y. Nukman, Ary Nilandari, Dianda Primalita, Nia
Haryanto, Evi Z. Indriani, Tethy Ezokanzo, Intan Daswan, Ina Inong, Sari
Wiryono, Asri Andarini, Dyah P. Rinni, Laksmi Puspokusumo, Maya Agustiana, Erna
Fitriani, Dydie Prameswari, Dian Nafi,
Chitra Safitri, Ammy Rhamdania
Kudo, Lina Selin, Monica Anggen, danYang Putri Insani.
Ilustrasi oleh Pandu
Sotya, Hutami Dwijayanti, Mukhlis Nur,
Ismirahma Fitria, Novian Rifai, Paula
Rosaline, dan Dianda Primalita. Sedangkan Desain dari Bang Aswi, Konsep
Ryvafie Damani, supervisi oleh Sandri Justiana dari KPK dan Ali Muakhir dari
FPBA. Penanggung jawab semuanya adalah Dedie A. Rachim.
Para penulis mencoba
mengenalkan integritas melalui caranya masing-masing, tetapi dalam satu buku
dikumpulkan tema serupa. Berikut beberapa cerita dari seri ini.
Puisi Rajarima. Sebuah
cerita tentang Negeri Kata yang sedang berduka. Penyair Rajarima tak lagi
berkata-kata. Rupanya karena huruf A tak mau mau lagi membuat rima. Bosan.
Padahal, di depan, di belakang, atau di tengah,
tak ada bedanya selama kita
bisa bekerja sama menjalin kata,
membuat rumah ceria. Huruf a penting, tapi dia juga tak berarti jika hanya berdiri
sendiri. ----dari cerita ini dikenalkan pentingnya kebersamaan untuk mewujudkan
sesuatu. Setiap kita mempunyai peran masing-masing. Tapi semua harus bergerak
bersama untuk mencapai tujuan.
Adakah keranjang untuk Osyi? Tak satupun teman mau meminjamkan keranjangnya saat Osyi
kelinci perlu mengangkut wortel. Osyi pun mencari ke gudang. Di gudang Osyi
menemukan banyak barang teman-teman yang pernah dipinjamnya. Ia lupa
mengembalikan. Karena inikah teman-temannya enggan meminjamkan keranjang? Osyi pun
berkeliling ke rumah teman-temannya mengembalikan barang-barang mereka. Akhirnya
Osyi pun merasa lega.
Serbuk Ajaib Flo. Tentang peri Flo dan neneknya. Setiap peri bisa terbang
karena menggunakan serbuk peri. Serbuk Flo habis sebelum waktunya karena dia boros. Saat ada serbuk untuk nenek yang
diantar petugas padahal nenek sedang pergi, Flo mengambil sedikit. Saat pulang,
nenek hendak melaporkan bahwa petugas itu jatuh
sehingga serbuk yang diantarnya tumpah. Flo segera saja mencegah,
dan mengaku bahwa serbuk itu berkurang
karena dia ambil tanpa izin. Nenek memaafkan, tetapi Flo harus menjalani aturan bagi peri yang
kehabisan serbuk, yaitu harus berjalan kaki ke sana ke mari.
Mobil-mobilan Dido. Dido ingin mobil-mobilan bagus yang dijual Beben lebih murah dari harga toko. Tapi Dido tak punya cukup
uang. Ibu Dido berjualan makanan. Setiap minggu membutuhkan 5 kg terigu. Dido selalu
diminta membelikan ke warung Wak Rudi. Karena membeli rutin dan banyak, Wak
Rudi memberi diskon. Apakah Dido jujur kepada ibunya bahwa ada potongan harga
terigu atau tidak? Pembaca diminta membantu Dido mengambil keputusan. Tiap keputusan,
ada cerita lanjutannya.
Secukupnya Saja.
Aldo ulang tahun. Dia ingin membawa makanan ulang tahunnya menjadi bekal
sekolah. Semua. Akhirnya Ibu mengizinkan. Aldo memakan semuanya sendiri. Tak berbagi.
Teman-temannya hanya bisa menatap. Tak lama, Aldo sakit perut. Makanan Aldo
masih ada. Aldo merasa tak akan bisa makan lagi selamanya. Bu guru tertawa, “Tentu
saja kamu masih bisa makan lagi.” Tapi secukupnya saja, pikir Aldo.
Roket Harta Karun. Ini
hasta karya. Dari botol minuman dan kotak karton bekas, dibuat celengan
berbentuk roket.
Ke Pasar Kaget. Hari Minggu kami sekeluarga ke pasar kaget. Kakak ingin pakaian. Aku ingin boneka. Adik ingin anak ayam. Semua dialarang Ibu. Tapi, Ibu memberi pengemis pincang. Ibu membeli kue dan pepes.Ibu juga membeli payung agar tak kehujanan. Rupanya, Ibu bukan pelit, tapi cermat. Hanya membeli barang yang tepat. Hemat. Kami keluarga sederhana yang hebat.
Begitulah, KPK dan para penulis telah mencoba berbuat sesuatu untuk
menularkan nilai-nilai integritas kepada generasi muda. Bagaimana dengan kita?
Horeeee.... di situ ada tulisanku. :D
BalasHapusHehehehe...
Selamat! Anda dapat gelas. Eh....
HapusTerima kasih ya, mbak Nia dkk, buku2 ini menginspirasi.
Seneeeeng ke pasar kageeet. Hihi... :)
BalasHapusSeneng bisa berkontribusi dalam buku ini. Makasih banyak resensinya ya, Annis. :)
Sama-sama.Seneng juga dimampirin penulis produktif yang satu ini *jempol
HapusKayaknya....pelanggan setia Gasibu minggu pagi ya? :)
Hapus