Selasa, 13 Mei 2014

TUNAS INTEGRITAS



         Ada banyak cara mencegah korupsi. Salah satunya, membesarkan anak-anak yang berintegritas. Anak-anak yang mahir membedakan mana yang benar, mana yang  salah, dan bagaimana memilih sikap.

         Selain contoh nyata dari para dewasa di sekitarnya, anak juga dikenalkan dengan nilai-nilai kebaikan itu melalui buku.

         Sebagai lembaga pemberantasan korupsi, KPK bekerja sama dengan Forum Penulis Bacaan Anak, menerbitkan satu seri buku untuk  anak-anak. Cetakan pertama dan kedua  tahun 2012. Saya baru mendapatkan buku ini sekitar 1 bulan yang lalu.

         Seri yang diberi nama Tunas Integritas ini terdiri dari 6 buku bergambar berukuran 24,5x25 cm2 . Setiap buku  terdiri dari beberapa cerita, puisi, atau teka-teki. Total ada 36 judul karya 24 penulis. 

         Ada Sofie Dewayani, Triani Retno A., Ali Muakhir, Eva Y. Nukman, Ary Nilandari, Dianda Primalita, Nia Haryanto, Evi Z. Indriani, Tethy Ezokanzo, Intan Daswan, Ina Inong, Sari Wiryono, Asri Andarini, Dyah P. Rinni, Laksmi Puspokusumo, Maya Agustiana, Erna Fitriani, Dydie Prameswari, Dian Nafi,  Chitra Safitri,   Ammy Rhamdania Kudo, Lina Selin, Monica Anggen, danYang Putri Insani. 
        
         Ilustrasi oleh Pandu Sotya, Hutami Dwijayanti, Mukhlis  Nur, Ismirahma Fitria, Novian Rifai, Paula  Rosaline, dan Dianda Primalita. Sedangkan Desain dari Bang Aswi, Konsep Ryvafie Damani, supervisi oleh Sandri Justiana dari KPK dan Ali Muakhir dari FPBA. Penanggung jawab semuanya adalah Dedie A. Rachim.

         Para penulis mencoba mengenalkan integritas melalui caranya masing-masing, tetapi dalam satu buku dikumpulkan tema serupa. Berikut beberapa cerita dari seri ini.

         Puisi Rajarima. Sebuah cerita tentang Negeri Kata yang sedang berduka. Penyair Rajarima tak lagi berkata-kata. Rupanya karena huruf A tak mau mau lagi membuat rima. Bosan. Padahal, di depan, di belakang, atau di tengah, tak ada bedanya selama kita bisa bekerja sama menjalin kata, membuat rumah ceria. Huruf a penting, tapi dia juga tak berarti jika hanya berdiri sendiri. ----dari cerita ini dikenalkan pentingnya kebersamaan untuk mewujudkan sesuatu. Setiap kita mempunyai peran masing-masing. Tapi semua harus bergerak bersama untuk mencapai tujuan.

         Adakah keranjang untuk Osyi? Tak satupun teman mau meminjamkan keranjangnya saat Osyi kelinci perlu mengangkut wortel. Osyi pun mencari ke gudang. Di gudang Osyi menemukan banyak barang teman-teman yang pernah dipinjamnya. Ia lupa mengembalikan. Karena inikah teman-temannya enggan meminjamkan keranjang? Osyi pun berkeliling ke rumah teman-temannya mengembalikan barang-barang mereka. Akhirnya Osyi pun merasa lega. 

        Serbuk Ajaib  Flo. Tentang peri Flo dan neneknya. Setiap peri bisa terbang karena menggunakan serbuk peri. Serbuk Flo habis sebelum waktunya karena  dia boros. Saat ada serbuk untuk nenek yang diantar petugas padahal nenek sedang pergi, Flo mengambil sedikit. Saat pulang, nenek hendak melaporkan bahwa petugas itu jatuh  sehingga  serbuk yang  diantarnya tumpah. Flo segera saja mencegah, dan mengaku bahwa serbuk itu berkurang  karena dia ambil tanpa izin. Nenek memaafkan, tetapi  Flo harus menjalani aturan bagi peri yang kehabisan serbuk, yaitu harus berjalan kaki ke sana ke mari.

         Mobil-mobilan Dido. Dido ingin mobil-mobilan bagus yang dijual Beben lebih murah  dari harga toko. Tapi Dido tak punya cukup uang. Ibu Dido berjualan makanan. Setiap minggu membutuhkan 5 kg terigu. Dido selalu diminta membelikan ke warung Wak Rudi. Karena membeli rutin dan banyak, Wak Rudi memberi diskon. Apakah Dido jujur kepada ibunya bahwa ada potongan harga terigu atau tidak? Pembaca diminta membantu Dido mengambil keputusan. Tiap keputusan, ada cerita lanjutannya.

         Secukupnya Saja. Aldo ulang tahun. Dia ingin membawa makanan ulang tahunnya menjadi bekal sekolah. Semua. Akhirnya Ibu mengizinkan. Aldo memakan semuanya sendiri. Tak berbagi. Teman-temannya hanya bisa menatap. Tak lama, Aldo sakit perut. Makanan Aldo masih ada. Aldo merasa tak akan bisa makan lagi selamanya. Bu guru tertawa, “Tentu saja kamu masih bisa makan lagi.” Tapi secukupnya saja, pikir Aldo.

         Roket Harta Karun. Ini hasta karya. Dari botol minuman dan kotak karton bekas, dibuat celengan berbentuk roket.

         Ke Pasar Kaget. Hari Minggu kami sekeluarga ke pasar kaget. Kakak ingin pakaian. Aku ingin boneka. Adik ingin anak ayam. Semua dialarang Ibu. Tapi, Ibu memberi pengemis pincang. Ibu membeli kue dan pepes.Ibu juga membeli payung agar tak kehujanan.  Rupanya, Ibu bukan pelit, tapi cermat. Hanya membeli barang yang tepat. Hemat. Kami keluarga sederhana yang hebat.

         Begitulah, KPK dan para  penulis telah mencoba berbuat sesuatu untuk menularkan nilai-nilai integritas kepada generasi muda. Bagaimana dengan kita?

5 komentar:

  1. Horeeee.... di situ ada tulisanku. :D
    Hehehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat! Anda dapat gelas. Eh....
      Terima kasih ya, mbak Nia dkk, buku2 ini menginspirasi.

      Hapus
  2. Seneeeeng ke pasar kageeet. Hihi... :)
    Seneng bisa berkontribusi dalam buku ini. Makasih banyak resensinya ya, Annis. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama.Seneng juga dimampirin penulis produktif yang satu ini *jempol

      Hapus
    2. Kayaknya....pelanggan setia Gasibu minggu pagi ya? :)

      Hapus