Jumat, 30 Mei 2014

PEMBUATAN JALAN LAYANG (+FOTO2)

 

         ***Tulisan 30 Mei 2014, malam ini telah saya lengkapi dengan beberapa informasi dari Ir. Didi Rustadi, Ir. Amer Faizal, dan foto-foto kiriman Ibu Luluk Nurohmah. Terima kasih.

          Hari ini, Jumat, 30 Mei 2014, perpanjangan jalan tol Lingkar Luar Bogor  akan diresmikan. Tak panjang.  Hanya menambah sekitar 3 km. Tapi menarik, karena menjadi jalan layang pertama di Bogor. Bahkan di satu sesi, menjadi jalan 3 susun. Jalan biasa yang kami sebut underpass. Di atasnya melintang rel kereta api yang diapit dua jalan lama. (Jalan lama ini dibentuk seperti tapal kuda berlawanan, hanya untuk memutar, tak bisa lagi melintasi rel kereta). Kini, di atas rel dan kawat listriknya, melintang jalan tol.

         Pembangunannya dimulai sekitar 1,5 tahun lalu. Mengakibatkan macet, tentu. Menambah macet, tepatnya. Jalan Soleh Iskandar, yang lebih populer sebagai Jalan Baru, sudah menjadi ikon macet sejak lama. Macet belakangan ini lebih dimaklumi, karena ada harapan kenyamanan setelahnya.  

         Macet yang membawa berkah, khususnya bagi saya. Karena banyak berhenti, sambil mengemudi saya leluasa melihat-lihat pemandangan sekitar. Terutama yang berkaitan dengan pembangunan jalan tol ini.
Jauh sebelum proses pembangunan dimulai, gosip sudah beredar lebih dulu. Bahwa, jalan tol lingkar luar yang direncanakan akan berujung di Darmaga itu, akan melayang di atas Jalan Baru. 

         Sejujurnya, saya termasuk yang skeptis. Jalan Barunya saja selalu bermasalah, terutama saat musim hujan. Bagian Jalan Baru  sebelum pertigaan Lotte Mart dibangun dari urugan. Setiap musim hujan, jalan hancur. Hanya yang bernyali tinggi yang berani lewat. Seperti sedang off-road. Hampir selalu truk nekad akan berakhir dengan patah as. Pemotor terjungkal itu rutinitas. 

         Jalan, baru akan diperbaiki setelah musim hujan lewat. Dan rusak parah lagi di musim hujan berikutnya. Gemas sekali menghadapi ini. Saya saja bisa memikirkan bahwa pasti ada cara untuk mengatasi air hujan, masa para pakarnya tidak berpikir ke sana sih? Jalan rusak ditambal, tapi saluran pembuangan air hujan takcukup diperhatikan.

         Dua-tiga tahun lalu, sebagian Jalan Baru dibeton. Urusan jalan rusak karena hujan selesai. Bahwa masalah sekarang adalah banjir meskipun hujan biasa, tidak akan saya ungkap saat ini J
Mengingat bertahun-tahun menghadapi cara tambal sulam Jalan Soleh Iskandar, wajar dong jika saya menyangsikan kemampuan “mereka” membangun jalan layang? Jika jalan yang di bawah saja tak kokoh, apalagi kelak jalan yang melayang di atasnya... 

         Sekitar 2 tahun lalu, mulai terlihat aktivitas. Ada yang mengukur dan memasang patok-patok di taman pemisah jalan setiap jarak tertentu. Benar akan dibangun jalan layang, ternyata. Cukup lama patok-patok itu hanya menjadi penanda. Tak terlihat langkah berikutnya.

         Beberapa bulan kemudian, baru lebih meyakinkan. Di kanan kiri taman pembatas  jalan dipasang dinding penutup. Pada dinding ini tertulis nama proyek dan pelaksananya. PT Wijaya Karya. Perusahaan level nasional. Saya mulai melihat ada harapan. Mulai percaya. Wika kan sudah terbiasa membuat jalan tol.
Harapan lainnya, lebih ajaib. Selain nama proyek, di dinding juga terpampang ilustrasi hasil pembangunannya kelak. Bahwa jalan tol akan melintang di atas rel yang berada di atas underpass. Jalan tol juga akan berada di atas perempatan. Di antara keduanya, jalan tol juga akan berada di atas jembatan sungai Ciliwung. Ini yang menarik. Sungai Ciliwung  digambarkan penuh dengan air berwarna biru bening. Jadi, saya berharap, proyek ini akan membuat jalan layang dan membeningkan sungai Ciliwungnya sekaligus. :)
 
         Alat-alat berat mulai didatangkan. Pada patok pertama, dipasang alat penggali. Kemudian digali sampai membentuk lubang yang dalam. Masih terbayang suara getarannya saat lewati wilayah ini. Seingat saya, di satu patok itu dibuat dua lubang berjarak berbentuk tabung. Alat penggali kemudian digeser ke patok berikutnya. Secara paralel, di 2 lubang pertama tadi mulai dipasang rangka dan kemudian diisi beton, menjadi tiang. Yang saya ingat, ini tak sekedar pekerjaan sehari-dua hari di satu lokasi. 

         Demikian seterusnya. Patok-patok yang terpasang ternyata penanda lokasi tiang penyangga jalan tol. Saya pernah sempat melihat ke bawah, ke kedalaman galian, dari jalan di samping rel. Ini bukan pekerjaan ringan. Salut  kepada para pekerja yang bergiliran selama 24 jam. 
         Seperti lari estafet. Saat 2 penyangga silinder siap, kemudian dibentuk menjadi satu tiang  kotak. Di patok kedua, mulai tahapan pembuatan silinder, dan di patok berikutnya baru mulai digali.

         Setelah itu, terlihat di atas setiap tiang kotak ini dipasang 2 rangka. Rangka dari beton ini berbentuk seperti penampang baskom bertutup rata. Rangka dengan lebar sekitar 1-1,5 meter dengan bagian terpanjang sekitar 4-5 meter. Setiap rangka dibawa ke Bogor menggunakan satu truk trailer  terbuka. Satu rangka satu truk.  Katanya rangka sudah dicetak di pabrik di wilayah Cikarang. Jadi hanya tinggal membawa ke lokasi. Biasanya malam hari. Saya hanya bisa menduga bahwa rangka ini dari beton dan sangat berat karena satu truk besar hanya membawa satu keping rangka. Ternyata memang berat, satu rangka sekitar 40 ton.

         Setelah rangka terpasang, kemudian ditutup dengan papan-papan sehingga berbentuk kotak. Ketika kelak papan-papan ini dilepas, yang terlihat adalah rangka tadi sudah terisi beton. Selain manggut-manggut menilai kecanggihan teknik ini, saya kok teringat agar-agar. Teknik ini seperti kita membuat agar-agar. Saat cair dimasukkan cetakan. Setelah dingin, keras, dilepas dari cetakan. Persis ini pun begitu.

         Ketika mulai ada 2 tiang dari 2 patok selesai urusan mencetak agar-agar, pembangunan jalan memasuki tahap berikutnya. Menghubungkan. 

         Ini pun proses luar biasa. Rangka-rangka yang seperti penampang baskom itu lebih banyak didatangkan. Tetap 1 truk 1 rangka. Kemudian disusun berbaris di antara 2 tiang. Lantas, dipasang alat berwarna biru, louncher. Sepenglihatan saya, louncher ini bertumpu pada satu tiang. Alat ini memiliki “belalai” yang panjang, membentang sampai ke tiang berikutnya. Terlihat dari bawah, belalai si biru ini seperti tak ada sambungan. Lurus panjang. Saya sempat takjub. Bagaimana alat sepanjang itu didatangkan? Jarak antar tiang kan bisa 100-200 meter.

 
         Pada kesempatan lain saya cukup beruntung kena macet lama di dekat alat biru berbelalai ini. Memandang ke atas, memperhatikan lebih teliti. Belalai ini rupanya sambungan dari banyak potongan. Menimbulkan kekaguman lain. Teknik menyambungnya luar biasa mengingat fungsi yang dikenakan kepadanya.

         Jadi, setiap rangka yang dibariskan tadi, dipasangi beberapa penggantung yang  “dicantolkan” ke belalai si biru. Satu demi satu dipasang. Rangka demi rangka. Setelah semua siap, secara bersamaan kesemua rangka ini ditarik oleh belalai biru. Sampai ke ketinggian yang diharapkan. Kemudian  si biru menyangga selama beberapa lama. Selama proses pengikatan antar rangka. Ini saya tak tahu pasti, apakah sekedar di”lem” antar rangka, atau ruang kosong di tengahnya diisi beton dan dipasang “paku panjang” penghubung rangka yang satu ke rangka yang lain. 

         Berhari-hari belalai biru ini berfungsi seperti tiang jemuran yang digantungi hanger. Sakti kan? Satu hangernya saja harus dibawa oleh satu truk trailer. Ini banyak! Setelah siap, tali-tali penggantung dilepas. Si biru pun dilepas, dan dipindahkan ke tiang berikutnya. Satu bagian jalan pun jadi. 

         Menghubungkan tiang tak dilakukan berurutan. Bergerak dari titik awal dan titik akhir proyek, menuju ke tengah. Sempat iseng berpikir, bagaimana kalau nanti ternyata tidak pas sambungannya? Sementara, saya juga menduga, cara ini ditempuh untuk menjaga lalu lintas agar terkendali,  dan melakukan bagian tersulit terakhir.

         Menurut saya, bagian tersulit adalah menghubungkan tiang di atas tiang listrik KRL dan di atas jembatan. Bagaimana menjejerkan rangka sebelum ditarik ke atas? Sayang saya tak sempat lewat saat bagian ini dilakukan. Saya duga, rangka dijajarkan di salah satu sisi sungai atau rel, dipasangkan ke belalai biru, lantas diangkat oleh si biru, kemudian digeser ke lokasi yang dimaksud. Tapi, kapan? Rel KRL selalu padat kesibukan. Kadang berjarak 5-10 menit antar kereta.
 

         Tingkat kesulitan yang tinggi dan prediksi macet luar biasa yang diakibatkannya membuat saya memilih jalur aman. Tak melewati jalan itu, memutar menggunakan jalan lain.

         Setelah rangka-rangka ini terhubung, mulai deh terlihat bahwa benar akan ada jalan layang. Tahap selanjutnya adalah pemasangan pagar, dll.



          Saat pembuatan tiang-tiang, saya ada pertanyaan tentang sebuah tiang yang disiapkan. Kok aneh?

 
 
     Setelah pembatas proyek dibuka, jaring pengaman serpihan diambil, saya baru paham mengapa ada posisi tiang yang tak lumrah. Di titik akhir tol, jalan melebar. Posisi untuk turun dari tol atau naik ke tol. Jalan butuh tiang penyangga, tetapi di bawah ada jalan biasa. Karenanya, tiang dibuat di pinggir jalan, sehingga jalan biasa tak terganggu.


         Proyek pun mencapai tahap akhir. Puing-puing dibersihkan, marka jalan disiapkan, tanda-tanda lalu-lintas mulai dipasang di jalur tol ini. Pralon-pralon besar dipasang sebagai jalan mengalirnya air hujan.

         Dengan dioperasikannya jalan tol itu hari ini, saya berterima kasih. Terima kasih karena dibuatkan jalan penghubung, dan karena mendapat banyak pengetahuan baru tentang proses pembuatan jalan layang. Saya merasa ini kemewahan. Di Jakarta berserakan jalan layang, tapi saya tak yakin kawan-kawan saya sempat mengikuti proses pembuatannya. Di Bogor,  ini yang pertama. Saya bersyukur bisa memperhatikan prosesnya secara berkala. Semoga membantu mengurai kepadatan di jam sibuk. Satu hal saja yang tampaknya tak sesuai “rencana”. Sungai Ciliwung masih seperti biasa, coklat susu, tak menjadi bening biru. :)

12 komentar:

  1. Semoga teh Anis dapat membuat tulisan lagi saat jalan tol tsb dibuat melintasi Yasmin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. *menanti dengan setia sejak Reformasi.Yasmin mempromosikan akan ada tol sejak 1998.

      Hapus
  2. Salut.. bisa menganalisis di sela2 kemacetan
    Multitasking..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru karena macet, Den, jadi leluasa melihat-lihat.

      Hapus
  3. Luar biasa nih pengamatan Bu Anis, ... Saya juga terpesona kerjaan engineering semut misalnya yg ber gotong royong memindahkan daun, atau induk kucing mengungsikan anak anak bayinya. Apalagi membayangkan proses kimiawi, matematis, fisika dll yg sangat rumit pada pertumbuhan (misalnya) biji kacang tanah yg tumbuh akarnya, lalu tumbuh menjadi pohon kacang tanah menjadi besar dan akarnya menjadi kacang yg baru yg jauh lebih banyak .
    Subhanallah ... sepertinya prosesnya seru sekali yaa ? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih menyempatkan mampir, Pak Yan Harlan. Iya, banyak sekali yang bisa kita pelajari dari sekitar kita.

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. luar biasa yunda..jarang ada pemerhati jalan layang seperi mba arnis..hehehe :) tulisan yang mencerahkan, menghilangkan kejenuhan disaat orang sibuk dengan capres jagoan masing-masing..ditunggu edisi berikutnya..
    oo..ya fotonya tambahin lagi donk mba..biar lebih mantap lagi.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir. Siap, mas. Saya mendapat kiriman foto-foto dari seorang teman sesama pelintas dan pemerhati proses pembangunan jalan layang. Segera tayang.

      Hapus
  6. Coba kalau penulis juga sempat merekan aktivitas itu melalui foto-foto, tentu akan lebih menarik dan dapat berbagi "mata" dengan orang lain. Sukses selalu, semoga pengamatannya berlanjut hingga ke darmaga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Permohonan dipenuhi :) Ini ada foto-foto kiriman teman.

      Hapus
  7. Dan sekarang,...jalan Soleh Iskandarpun kembali (bertambah) macet,..siang yg jarang macet sekarang sudah...mungkin karena setelah ada jalan layang (yang baru separuh) banyak kendaraan yang lewat kesini..?,..
    Penumpukan kendaraan terjadi selepas keluar tol jalan layang sebelum yogya dept store (arah dari sentul)

    mungkin teh Annis berminat menganalisanya..?:)

    BalasHapus