Terima kasih berkenan singgah di Ruang Eksplorasi saya. Rumah lintas "bahasa": b.Matematika, b.Literer, b.Kuliner, b.Qolbu, dan, tentu, bahasa seorang ibu. Semoga bermanfaat.
Minggu, 11 Maret 2012
Seblak Ma Annis Level 5 :)
Saat ini, ketika kata "seblak" disebut, rata-rata orang akan menghubungkannya dengan keripik seblak Ma Icih yang terdiri dari level kepedasan 1-10. Padahal makanan bernama seblak ini sudah jauh lebih dulu populer di kalangan rakyat Jawa Barat, khususnya Bandung dan bagian Selatannya (Garut, Tasik, Ciamis).
Seblak sendiri adalah nama untuk kerupuk aci (sagu) yang biasanya dipakai untuk pelengkap bubur ayam, kupat tahu, atau nasi goreng. Pada umumnya berwarna oranye. Harganya murah meriah. Gizinya? Pamali ditanyakan :)
Seblak pada foto di atas, diolah saat mentah, tidak digoreng.
Untuk membuat olahan seblak sebanyak 1 piring makan biasa, dibutuhkan :
- 3 genggam seblak mentah.
Seblak dicuci bersih, kemudian direndam dalam air pada suhu kamar sekitar 15 menit, agar cukup layu, sehingga proses memasak tidak terlalu lama.
- 3-4 siung bawang putih
- kencur seukuran 2 jempol
- cabe rawit oranye. Saya biasa menggunakan 5 buah.
Semua dihaluskan.
- 1 batang daun bawang, diiris kasar
- 1/2 sdt garam, 1/2 sdt gula pasir
- air panas 100-200 ml
- pelengkap : telur, bakso, sosis, atau kornet. (bebas, sesuai selera)
- 2-3 sdm minyak goreng
Cara membuat:
Tumis bumbu halus. Bumbu ini harus matang agar tidak ada bau langu dari kencur maupun bawang putih.
Kemudian tambahkan air panas 100 ml. Setelah mendidih, masukkan garam, gula, dan bawang daun. Cicipi dahulu. Rasanya gurih sedikit manis.
Masukkan pelengkap, aduk.
Masukkan seblak mentah. Aduk.
Cicip, sampai kekenyalan seblak enak dirasakan.
Jika masih agak liat atau keras, tambahkan lagi air.
Aduk terus. Sampai air habis.
Sajikan panas.
Seblak olahan ini cocok untuk mengatasi ketidaknyamanan saat flu ataupun saat udara dingin, karena kencur menghangatkan badan. Apalagi jika pedas, hidung menjadi lega.
Resep di atas pemberian dari penjual Seblak Seuhah di halaman Darut Tauhid, Bandung, tempat saya pertama kali mengenal nama seblak. Saya suka rasanya, harganya murah, tetapi di Bogor belum ada yang menjual.
Sang penjual baik hati, tanpa banyak alasan, dia memberikan resepnya begitu saja. Dia merasa, ini bukan hak prerogatif dia juga karena ini makanan biasa rakyat Sunda, katanya. Sebagai anak kos di Bandung, dia sering mengalami keterbatasan dana, tetapi cuaca dingin Bandung membuat lapar dan ingin ngemil. Seblak mentah di dapur menjadi sasaran.
Ketika teman-teman kos dari daerah lain menyukainya, dia melihat ini peluang usaha. Maka dia menjual seblak ini dengan berbagai modifikasi pelengkap. Olahan asli, hanya seblak saja, tanpa telur sekalipun.
Saya tidak tahu apakah teteh baik itu masih berjualan di Darut Tauhid, karena sudah lama sekali, lebih dari 3 tahun lalu saya dapatkan resepnya. Tetapi, belakangan saya menemukan restoran yang mencantumkan seblak dalam daftar menu di Ciwalk. Di restoran sebelum The Kiosk (lupa namanya).
Jadi, jika ingin mencicipi, silakan ke Ciwalk.
Jika tak sempat ke Bandung, silakan masak sendiri. :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
OK bu nanti dicoba, menunggu kiriman seblak atahnya dulu dari Bandung :)
BalasHapus