Pagi ini berjalan seperti biasa. Menemani anak berjuang menjauhkan diri dari magnet tempat tidur sampai akhirnya keluar rumah menuju mobil jemputan. Tapi di saat-saat terakhir, keengganan anak meninggalkan rumah menimbulkan dialog spontan yang kemudian terngiang-ngiang setelah dia pergi.
"Kenapa sih aku harus sekolah? Aku kan ingin menikmati hidup," ujar anakku sambil minum susu.
"Memangnya kamu tidak menikmati hidupmu di sekolah?" aku bertanya, sambil terkenang betapa hebohnya dia bercerita tentang pengalaman hari itu di sekolah setiap tiba di rumah.
"Iya. Tapi di sekolah kan banyak aturan. Banyak batasan."
"Lantas, apakah kamu pikir hidup itu tidak ada batasannya?"
"Tapi kan mamah enak, di rumah saja tidak dibatasi waktu."
"Kata siapa tidak dibatasi waktu? Pekerjaan mamah di rumah tetap dibatasi waktu. Apa yang harus mamah lakukan setiap saat ada jadwalnya juga. Contoh, seragam sekolah kamu untuk hari Senin sudah harus mamah siapkan sebelumnya agar saat kamu perlu sudah bersih dan rapi."
"Iya deh....tapi kan di sekolah itu batasan waktunya ketat," kata dia yang seperti sedang membayangkan suasana di sekolah.
"Hidup kita juga dibatasi waktu secara ketat. Batasannya adalah mati. Kita tidak tahu kapan kita mati, tapi itu pasti." Kemudian aku lanjutkan, "Sekolah adalah tempat kamu belajar. Belajar segala hal. Tidak hanya mempelajari IPA atau bahasa, Matematika atau SBK, tetapi jauuuh lebih banyak dari itu. Kamu belajar berteman, belajar menyelesaikan masalah, dan belajar hidup. Salah satunya adalah, belajar untuk hidup dibatasi waktu."
Mobil jemputan tiba, anakku pun seolah lupa dengan semua pertanyaannya. Berangkat dengan gembira. Tinggallah aku di rumah, termenung. Dalam sekali sejatinya percakapan kami pagi ini.
Sekolah adalah miniatur hidup. Ada aturan, ada tanggung jawab, ada hubungan dengan orang lain. Ada ujian, tetapi ada juga kegembiraan. Dan, karena sekolah adalah tempat belajar, dia masih memberi ruang untuk perbaikan kegagalan. Ada remedial, ada tugas tambahan. Bahkan, kalaupun tidak naik kelas, masih bisa mengulang di kelas yang sama tahun berikutnya, agar siswa benar-benar paham materi yang diajarkan. Nikmati sajalah kemewahan ini. Kemewahan sebagai pelajar. Karena, begitu kita hidup di alam nyata, semua yang kita lakukan harus benar. Kita bisa rehat sejenak, mengambil jeda untuk perbaikan. Tetapi, ujiannya hanya sekali. Setelah batasan waktu hidup itu terlewati, tak ada lagi peluang perbaiki diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar