Sketsa Tepas Salapan Lawang - Annis 2017 |
Kebun Raya adalah ikon kota Bogor yang anak kecil aja tau. Hutan di tengah kota ini menjadi pabrik oksigen dan penjaga kesejukan di sekitarnya. Wilayah kota Bogor cukup luas dan relatif datar dengan kepadatan lalu lintas merata, tetapi di sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) selalu terasa lebih nyaman dari wilayah Bogor lainnya. Malam harinya lebih dingin, pagi hari lebih segar, air ledeng terasa lebih sejuk, dan hujan sering lebih lama dan lebat juga.
Selama ini, penikmat kemewahan hanya mereka yang
tinggal dalam radius 5 s.d. 10 km dari KRB. Seminggu sekali, rakyat banyak
dapat jatah di Car Free Day sepanjang jalan Jalak Harupat, jalan yang
memisahkan KRB dengan lapangan Sempur. Jalur CFD kemudian dipindahkan ke Jalan
Sudirman sejak Sistem Satu Arah diberlakukan di sekeliling Kebun Raya. Banyak
keluhan. Jalan Sudirman tidak sepanjang dan senyaman Jalak Harupat. Warga
merasa dipinggirkan.
Ternyata, pemerintah kota sedang menyiapkan pengganti
yang lebih menarik. Jogging track dan
lintasan sepeda sekeliling kebun raya! Hadiah awal tahun 2017 yang
menyenangkan. Masyarakat dapat berjalan, berlari, atau bersepeda, sendiri atau
beramai-ramai, di lintasan melingkar yang berdampingan dengan jalan raya ini. Setiap
saat. Setiap hari. Tidak perlu menunggu hari Minggu.
Saya sering melalui jalur ini saat pulang mengantar
anak ke sekolahnya. Senang sekali melihat bermacam kelompok warga beraktivitas
di trotoar lama berpenampilan baru ini. Dulu, terputus di beberapa bagian,
tidak selebar sekarang, dan ada titik-titik yang dipakai pedagang kaki lima. Pengguna
trotoar ada anak-anak, remaja, ibu-ibu bapak-bapak, sampai ke usia kakek-nenek.
Ada yang berjalan santai sambil ngobrol. Ada pemudi modis berkerudung lengkap dengan
kacamata hitam dan ear-phone berlari
kecil. Ada bapak-bapak dengan celana gombrang dan kaos singlet berlari serius,
tampak dari peluh dan kecepatannya. Ada anak SMA yang bergerombol, mungkin
keliling KRBnya karena terpaksa, jam olahraga sekolah.
Banyak juga mereka yang tidak berpakaian olahraga.
Berjalan bergegas. Sebagian membawa ransel atas tas. Ada yang sibuk dengan
ponselnya. Sepertinya mereka mahasiswa atau karyawan yang memanfaatkan trotoar
khusus ini untuk menuju kampus/kantornya dengan cara lebih sehat.
Pesepeda juga tak sedikit. Dari kakek-kakek bersepeda
kumbang sampai pemuda beraksesoris lengkap naik sepeda mutakhir. Di jalur
sepeda juga melintas 2 orang petugas bersepeda listrik. Mereka berkeliling
sepanjang hari. Sayang saya tidak sempat memotretnya. Sepeda ini beroda dua
dengan diameter sekitar 30 cm, di kiri dan kanan, dengan papan pijakan di
antaranya. Ada tiang di depan yang berfungsi sebagai pegangan dan kemudi.
Petugas tinggal berdiri diam saja di atas pijakan itu. Keberadaan petugas
keliling ini membuat pengguna jalur lebih merasa aman dan mencegah pedagang
kaki lima memanfaatkan trotoar ini sebagai lahan berjualan.
4,4 km bukan lintasan pendek. Bagaimana jika kita
lelah? Tenang, ada beberapa titik hiburan untuk istirahat. (Jika sangat lelah,
tinggal naik angkot yang banyak beredar sepanjang lingkaran).
Pertama, kijang di halaman istana Bogor. Ratusan ekor
kijang berkeliaran sepanjang hari di sana. Sebagian besar memilih bergerombol, leyeh-leyeh di bawah pohon-pohon besar.
Beberapa di antara mereka, berpotensi menjadi artis. Mereka suka mendekat ke
pagar, mencari perhatian, sehingga bisa kita jangkau. Kadang orang memberi
makan kijang-kijang ini.
Kedua, selasar di depan pintu masuk KRB di jalan
Pajajaran. Ada ruang lebar dan bertingkat, lokasinya tepat di seberang kampus
IPB Baranangsiang. Selasar juga ada di sisi berlawanan, pintu masuk KRB di
ujung jalan Juanda. Di kedua tempat ini, banyak pedagang asongan dan kaki lima.
Jika butuh air minum atau tisu, ada.
Ketiga, sekitar Tepas Salapan Lawang. Teras yang baru
dibuat, di depan tugu Kujang. Salapan Lawang, atau Sembilan liang, berada di
antara sepuluh tiang. Tiang-tiang ini berdiri kokoh menyambut tamu yang baru
masuk Bogor melalui tol. Di bagian bawah tiang ada kelopak-kelopak Padma,
teratai.
Seluruh kesatuan ini ada ceritanya, ada filosofinya,
harapan, dan pengejawantahan kearifan leluhur. 10 tiang, 9 lawang, Padma, dan Sistem
Satu Arah mengelilingi Kebun Raya. Termasuk juga tulisan di penyangga melintang
penghubung ke-10 tiang ini: Di nu kiwari
ngancik nu Bihari, seja ayeuna sampeureun jaga. Apa yang kita alami hari
ini adalah buah dari tindakan di masa lalu. Apa yang kita lakukan hari ini,
untuk dinikmati di masa mendatang. Konteksnya, kaitan antara masyarakat dulu,
kini, dan nanti. Tetapi, pada tulisan saya yang sebelum ini, kalimat leluhur di
atas saya terapkan untuk pribadi. Seorang teman pernah menjelaskan berbagai simbol
yang menjadi satu kesatuan ini panjang lebar. Hanya, karena saya tidak
mendalami perleluhuran, saya tidak berani menceritakan ulang disini. Khawatir salah
atau kurang lengkap. Ketidaklengkapan bisa membuat salah kesimpulan.
Sketsa di awal tulisan ini menggambarkan Tepas Salapan
Lawang. Undakan di bagian tengah adalah bagian dari lintasan trotoar keliling
KRB. Di paling kiri tampak lintasan sepeda. Walau tidak curam, memang ada
perbedaan ketinggian. Jadi, nanjak disini, menurun di sisi lain. Tulisan ada di
sisi luar dari tiang-tiang ini, menghadap ke Tugu Kujang, ciri kota Bogor yang
sudah ada lebih dulu.
Lokasi Salapan Lawang kini menjadi favorit baru
masyarakat untuk rekreasi. Selain yang berolahraga, banyak juga yang sengaja
datang ke situ hanya untuk berfoto. Untuk mencapainya, dari tol Jagorawi exit Bogor Baranangsiang ambil kanan. Berputar
di Tugu Kujang dan parkir di Botani Square. Sekitar 20 m di kanan Botani, ada
gerbang underpass jl, Pajajaran. Ini khusus
untuk pejalan kaki. Menyeberanglah disini. Lebih aman. Di kedua ujung underpass, ada petugas berjaga. Foto kedua
memperlihatkan trotoar lebar, lintasan sepeda, dan di kanan adalah bangunan
underpass. Foto diambil dari arah Salapan Lawang. Silakan dicoba, mau sekedar
berfoto atau berlanjut olah raga.
Penyediaan lintasan melingkar ini banyak diapresiasi,
karena warga bisa mengambil manfaat dari KRB secara gratis. Selama ini, banyak
juga yang berolah raga di lintasan di dalam pagar KRB, tetapi untuk masuk ke
sana kan harus membeli tiket dulu.
Bulan Februari nanti, ruang terbuka menuju bugar
semakin lengkap dengan usainya renovasi Lapangan Olahraga Sempur. Lapangan ini
terletak di seberang KRB, dipisahkan oleh Jl. Jalak Harupat. Letaknya agak di
bawah. Lapangan Sempur sejak lama
merupakan pusat aktivitas warga pada hari Minggu pagi. Untuk olahraga ataupun
untuk sarapan. Saya belum tahu hasil renovasinya akan seperti apa. Masih menunggu
dengan penasaran. Seminggu lagi…
Hampir lupa, sebenarnya, sebelum menggarap keliling
KRB, sarana olahraga gratisan lain telah lebih dulu disiapkan. Lapangan Heulang.
Lapangan ini terletak di belakang SMPN 5. Saat saya rutin mengantar anak
sekolah di situ, lapangan Heulang asli masih berupa lapangan luas dengan rumput
liar. Sekarang anak saya SMA. Lapangan Heulang sudah berganti rupa. Nyaman sekali
untuk lari pagi. Bagian tengahnya ditata, ada rumah kaca, ayunan, dan fasilitas
lain, termasuk jogging track. Bagian luarnya dikelilingi trotoar pula. Jadi,
ada dua pilihan lajur. Bahkan 3, karena saya lihat banyak juga orang yang lebih
suka jalan cepat atau lari di jalan aspal yang juga mengelilingi lapangan ini.
Lapangan Heulang lokasinya agak tersembunyi. Dari Tugu
Kujang, ikuti arus memutar. Setelah Hotel Salak dan Sekolah Regina Pacis, belok
kiri masuk Jl. Sudirman, Jl. Dadali, lalu belok kanan setelah SMPN 5. Lebih dekat
dari tol BORR sebetulnya, tapi patokannya agak kurang jelas untuk pendatang. Keluar
Kedunghalang/Warungjambu. Belok kanan di perempatan Jambu dua. Belok kanan lagi
di jalan kedua, jalan Heulang.
Begitulah yang bisa saya sampaikan tentang situasi
terbaru di Bogor. Barangkali teman-teman dari Jakarta ingin berakhir pekan sambil
berolahraga, bisa pergi dari usai Subuh. Belum macet. Jatah olahraga akhir
pekannya dilakukan di Bogor saja, sambil rekreasi. Setelah puas, baru mencari
kenikmatan berikutnya… berburu makanan!