Kamis
malam, pukul 21.00 baru sempat melihat linimasa. Banyak status yang menggunakan
tanda pagar K20, Kahitna, atau KompasTV. Langsung saja saya menyalakan
televisi. Agak terlambat, tapi tak apalah. Siaran langsung dari Balai Sarbini
menghormati Yovie Widiyanto dengan karya-karyanya yang melegenda. Kelompok
musik yang hadir tak hanya Kahitna, ada juga kelompok atau vokalis lain didikan
Yovie. Saya lebih memperhatikan Kahitnanya.
Mendengarkan
lagu-lagu Kahitna tak pernah bosan. Padahal sebagian adalah lagu-lagu zaman
saya masih remaja, 25 tahun lalu :). Dan
lagu-lagu ini tak pernah gagal menghadirkan rasa tersanjung, istimewa, dicinta
atau mencinta dengan setulus hati, atau bahkan galau.
Jika
itu kali pertama, kesukaan pada lagu-lagu Kahitna dan lagu lain ciptaan Yovie
Widiyanto adalah karena iramanya yang enak dinikmati. Membuat ingin mendengarnya
lagi dan lagi. Pada kesempatan berikutnya, mulai lebih fokus mengamati pilihan
kata.
Kata-kata
yang dipakai sangat akrab di telinga. Kata-kata biasa. Tetapi, semakin disimak,
semakin tampak puitisasinya. Semakin terasa kedalaman maknanya.
“Kubertanya apakah aku yang ada dihatimu.
Tak mengapa jikalau aku tak pasti di benakmu”
Duh,
itu kan dalem banget...
Yovie
hampir selalu berhasil menggiring otak mengirim sinyal ke hati, daripada ke
pikiran, saat lagu-lagunya diputar.
Pagi
ini, saya teleconference dengan
beberapa sahabat :). Membahas Yovie. Apakah Yovie seromantis itu terhadap
istrinya? (hehe, serius sekali topik diskusi pagi para emak ini)
Jika
mendengar lagu-lagu ciptaannya saja sudah membuat kita terkapar, apalagi istri
Yovie ya? Dia pasti dihujani romantisme yang luar biasa oleh Yovie sebagai
suami. Alangkah beruntung istrinya. Tapi, mungkin juga justru tidak romantis
sama sekali. Melihat jejak Yovie yang melimpah, tentu itu hasil kerja luar
biasa keras. Tentu dia lakukan semua itu dengan ketekunan dan serius. Dan itu
berarti butuh waktu. Apalagi dunia hiburan banyak menggunakan waktu malam atau
akhir pekan. Kemungkinan malah istrinya lebih banyak ditinggal sendiri,
daripada disiram kata-kata puitis dan sikap romantis.
Untungnya,
diskusi baru tahap awal ketika kita sadar, untuk apa juga bahas urusan Yovie dan
istri...
Perbincangan
pun bergeser ke topik yang lebih umum. Makna dan wujud romantis bagi setiap
suami istri. Ternyata topik ini lebih disambut. Berbicara tentang diri sendiri
selalu jauh lebih membuat bersemangat daripada membicarakan orang lain.
Romantis
itu apa? Menurut KBBI, romantis adalah “bersifat seperti dalam cerita roman
(percintaaan); bersifat mesra; mengasyikkan.”
Rormantis
itu bagaimana? Nah, atas pertanyaan ini, jawaban sangat beragam. Sangat individual.
Setiap pasangan mempunyai perwujudan rasa sayang dengan cara masing-masing.
Dalam
kata, apakah romantis itu jika pasangan kita mengungkapkan, bahwa “Satu keyakinan untukku kini, kaulah yang
terbaik untukku...”?
Dalam
rasa, apakah romantis itu “Ada getar saat ku menatapmu ada disana. Kuyakini
mata hatiku tak akan pernah salah...”?
Dalam
sikap, apakah romantis itu jika pasangan kita memberikan setangkai mawar merah
jambu tepat pukul 00.00 di hari ulang tahun?
Tidak
selalu.
Seorang
sahabat saya mengatakan, dia merasakan betul sang suami sayang padanya hanya
dari tatapan lembut mata dan ucapan, “Ibu mau bakso?” ketika tukang bakso
langganan lewat di depan rumah.
Sahabat
yang lain, justru merasakan suasana romantis saat tidak ada pembantu. Katanya, “Suamiku
tidak risih ikut menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, atau menyetrika. Melihat
otot-ototnya dan kesungguhannya membantu, waduh, saya merasa kesetrum, kleper-kleper, tak terungkapkan. Suamiku
kurus tapi kuat dan berisi.”
Sahabat
ketiga merasa romantis dari tatapan. Saling tahu dan merasa apa yang dibutuhkan
pasangan dari saling tatap itu. Pada saat bertemu pandang, ada rasa hangat di
hati sehingga wajah jadi tersenyum. “Sampai hari ini, setelah 20 tahun berlalu,
dan 6 anak dari rahimku, aku masih suka tersipu kalau ditatap dia,” ujarnya
*pasti sambil tersipu ngetik pesannya juga.
Sahabat
keempat, nah ini mungkin lebih sesuai dengan buku referensi :). Romantis bagi dia adalah saling mengucap sayang, saling
memeluk, dan saling mengecup setiap pergi-pulang kerja atau menjelang tidur. Selain
itu, menyuapi suami setiap pagi sambil sang suami menyiapkan diri untuk
bekerja.
Diskusi
sudah hampir ditutup karena masing-masing harus mulai menghadapi kenyataan. Pekerjaan.
Tetapi saya diprotes mereka, diminta menyampaikan romantis versi saya. Waduh!
Bagi
kami, saya dan suami, romantis atau apapun, adalah urusan kami berdua. Bukan untuk
dibagi. Akhirnya, saya ceritakan juga sedikit, sambil berdoa dalam hati, semoga
suami tak keberatan kisah ini dibagi.
Setiap
pagi, tugas saya adalah menyediakan secangkir kopi. Kopi Kapal Api Special Mix.
Tinggal seduh dengan air mendidih. Aduk. Sajikan. Tiap pagi pula, saya akan
menerima ucapan, “Terima kasih, Say, kopi ini sangat enak kalau dikau yang
menyeduhnya.” dengan nada dan bahasa tubuh seolah saya telah menyajikan sarapan mewah lengkap ala hotel bintang lima.
Semoga,
mengingat saat-saat manis dengan pasangan, apapun bentuknya, akan menguatkan
kita untuk tetap bersenandung, “ Kau
bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti.”