Senin, 31 Oktober 2011

Menghalalkan Segala Cara

Idiom yang sering kita dengar, menghalalkan segala cara. Biasanya ini dikaitkan dengan politisi. Mungkin karena masyarakat sering mendengar kabar tentang kelakuan para politisi tersebut. Padahal, menghalalkan segala cara bisa juga dilakukan oleh pejabat di berbagai tingkatan, perusahaan swasta, atau bahkan perorangan.

Tetapi, benarkah demikian? Belum tentu.

Belum tentu mereka benar-benar melakukan penghalalan segala cara tersebut. Bukankah yang dijadikan landasan julukan ini adalah kabar yang sampai kepada masyarakat. Kabar ini bisa nyata bisa juga hasil rekayasa. Bisa juga karena kekuranglengkapan pewarta menyampaikan berita. Bahkan bisa juga karena pesanan pihak lain yang berkepentingan.

Belum tentu juga karena dimaksudkan begitu. Seorang politisi melakukan perbuatan yang dinilai masyarakat tidak benar, tetapi dia membela diri mengatakan itu benar. Peristiwa ini mungkin terjadi karena kabar yang sampai kepada khalayak tidak utuh. Pemenggalan informasi secara kurang tepat bisa memberikan arti yang berbeda.

Belum tentu juga karena pelaku berniat menghalalkan cara apa pun untuk mencapai tujuannya. Ini yang paling banyak terjadi. Bukti paling nyata dari kondisi ini adalah sering terjadi dua berita yang berlawanan, tetapi kedua terberita menganggap dirinya pihak yang benar. Sementara rakyat secara umum melihat memang ada kesalahan tata cara dari masing-masing pihak.

Dari kemungkinan terakhir, tiba-tiba terpikir... Jangan-jangan, memang mereka tidak menghalalkan segala cara... Tetapi, mereka menganggap segala cara itu halal!

Terasa kan bedanya? Menghalalkan segala cara, artinya si pelaku mengetahui bahwa apa yang dilakukannya tidak halal, tetapi dia menganggap, mengesankan, atau memperlakukan seolah-olah cara itu halal.

Sedangkan, menganggap segala cara itu halal, mempunyai arti yang berbeda jauh. Di sini, pelaku memang tidak tahu menahu apakah yang dilakukannya halal atau tidak. Jika ini yang terjadi, kita tidak lagi akan kesal kepada pelaku. Malah akan muncul rasa kasihan, karena mereka tidak paham tentang apa yang mereka lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar