Telapak tangan kita bercerita. Garis-garis yang tampak
di sana, bukan garis biasa. Ada kisah hidup yang bisa dibaca.
Selama ini, saya menghindari pembacaan garis tangan.
Saya memandangnya sebagai sebuah ramalan yang memprediksi masa depan kita.
Nujum. Sesuatu yang terlarang dalam agama saya. Sampai minggu lalu, saat teman
saya buka lapak perdukunan-dalam-tanda-petik..
Acara sebenarnya adalah Festival Band alumni almamater saya. Kami hadir untuk
mendukung teman-teman angkatan yang ikut meramaikan festival. Tapi, seperti
tujuan utama kegiatan, kehadiran banyak teman dimanfaatkan untuk ngerumpi juga. Band yang benar-benar
kami terlibat penuh kan hanya band angkatan kami. 15 menitan saja. selebihnya,
makan siang bersama yang tak usai-usai, karena berlanjut ngobrol.
Entah bagaimana awalnya, seorang teman mulai menggelar
tawaran pembacaan nasib. Saat itu saya dengan beberapa orang sedang memisahkan
diri untuk rapat urusan kealumnian yang lain. Satu orang, dua orang, dan
akhirnya antri dibaca satu-satu. Ketika saya bergabung lagi, mbah Dukun sudah semakin meyakinkan
penampilannya.
Dia duduk di bagian tengah dari deretan kursi dengan
meja yang disusun memanjang, pasiennya duduk di sisi berlawanan. Kursi-kursi di
kanan si pasien penuh. Ternyata itu orang-orang yang antri, duduk dengan pasrah menanti kisah hidupnya dibaca. :) Di atas meja ada tumpukan kartu tarot. Di
kanan si mbah, ada tas kresek berisi uang, dari logam, $1, sampai lembaran
rupiah berwarna merah. Ponsel mbah Dukun tergeletak juga di situ dengan layar
foto siap dipakai. Di kiri kanan wilayah kerja, ada gelas kopi, air mineral,
dan jus. Ada juga buah-buah potong, kentang dan sayap goreng, pop corn, cemilan-cemilan, bahkan
durian. Sepanjang pembacaan, mulut dan tangan si mbah sibuk terus. Menceritakan
yang dia baca dari garis tangan dan kartu teman, sambil selang-seling dengan
minum dan mengunyah makanan. Dukun kontemporer pisan. Sajennya ajib bener…
Setiap korban,
akan diminta menunjukkan telapak tangan kanannya lebih dulu. Jika laki-laki,
telapak tangannya difoto, Kemudian mbah Dukun menceritakan apa yang terlihat
dari garis-garis tersebut. Kesehatan, keluarga, karir, dan kaitan ketiganya.
Dia berceloteh sambil menunjuk-nunjuk garis berseliweran yang tampak di foto.
Sedangkan jika yang dibaca perempuan, dia tidak memotret. Setelah garis tangan
yang terlihat itu usai dibahas, pasiennya akan diminta mengocok tumpukan kartu
tarot. Kartu-kartu ini kemudian dijejerkan terbalik dan pasien diminta mengambil 4 kartu secara
acak. Kartu pertama nanti akan dibaca sebagai masa lalu pasien, kartu kedua
masa kini, kartu ketiga masa depan, dan kartu terakhir tentang fortune. Jika saat mengocok ada kartu
yang terjatuh, tidak boleh dimasukkan lagi ke tumpukan. Itu akan dibaca
tersendiri, sebagai bagian fase hidup yang ingin dibuang.
Saat pembacaan, tak hanya pasien yang memperhatikan,
tapi kami semua. Haha, kami ingin tahu bagaimana nasib teman yang sedang
diramal itu. Sang dukun menyampaikan dengan meyakinkan tapi kocak, sehingga
kami juga tertawa seru, apalagi jika kebetulan pembacaannya sangat mirip dengan
yang teman-teman ketahui dari orang tersebut. Sambil memperhatikan dukun beraksi, kami tak ketinggalan ikut membantu dia, menghabiskan sajen. O ya, di akhir acara, uang ramal yang terkumpul, disumbangkan untuk operasional Radio Angkatan kami. Dukun yang baik hati dan suka memberi.
Secara berkala, si mbah melakukan atraksi lain.
Mengeluarkan dompetnya. Saat dompet dibuka, keluar api dari situ. Atau,
mengeluarkan kartu remi. Meminta kami mengambil satu kartu secara tertutup,
melihatnya, dan kemudian dia akan menebaknya sambil memegang pergelangan
tangan. Saya duga, dia menangkap saat denyut nadi kita lebih kencang atau cepat
ketika dia mengucapkan warna, gambar, atau angka yang tepat. Selama saya
disitu, tebakan dia selalu benar. Salut. Ini selingan yang memperkuat bangunan
yang sedang ditunjukkan mbah Dukun, yaitu bahwa ramalannya tidak ngasal. Bahwa dia memang bisa. Analisis
ini saya sampaikan kepada si mbah melalui obrolan WA malam harinya. “Kamu tuh
ya, memang entertainer banget”. Dan, dia ngakak.
Saya memperhatikan pembacaan yang dilakukan terhadap
banyak orang. Dari situ, saya membaca ada pola yang konsisten. Artinya, si mbah
memang punya ilmu. Malam itu, dia bercerita melalui obrolan di WA. Dia tidak
belajar langsung dari orang lain, tapi dia membaca buku yang dia beli saat
dinas di Beijing sekitar 3 tahunan. Dia memanfaatkan nasihat “Belajarlah hingga
ke negeri Cina”. Jadi, saat disana, benar-benar dia optimalkan mempelajari ilmu
membaca garis tangan dan kartu tarot ala Cina. Ini perlu saya tuliskan, karena
saat saya searching tentang pembacaan
garis tangan untuk menguatkan dasar penulisan artikel, muncul beragam teknik. Ilmu
yang dikenal dengan nama palmistry ini
akarnya adalah dari astrologi India dan ramalan Romawi. Itu definisi versi
Wikipedia. Tidak menyebut Cina sama sekali. Dan ketika saya membaca aturan
dasarnya, sangat berbeda dengan yang dilakukan teman saya itu. Dari sini kita
bisa paham, bahwa pembacaan garis tangan tidak bisa kita jadikan patokan
apa-apa, kecuali bahwa ada jejak yang bisa dilihat. Cara melihatnya
berbeda-beda, sesuai teori mana yang dipelajari.
Kesamaan dari semua teknik ini adalah fakta bahwa
garis tangan tiap orang itu berbeda-beda, dan berdasarkan pengalaman banyak
orang ada patokan-patokan kondisi yang terlihat. Misalnya kita lihat garis
keluarga. Di pangkalnya, ada yang tiba-tiba muncul garis, ada juga yang
terlihat dari dua garis menjadi satu atau mungkin muncul banyak garis lain. Penampakannya
bisa samar tapi bisa juga tegas. Katanya, jika dari dua menjadi satu berarti di
awal kisah dulu ada dua calon kuat, tapi ketika sudah memutuskan salah satu,
garis tunggal yang kuat menyatakan bahwa kesetiaan ditumpahkan pada pasangan
terpilih. Garis keluarga ini bisa terus kuat sampai ujung, bisa juga menjadi samar,
atau malah bercabang.
Garis keluarga ini bisa terpisah dari garis kesehatan
maupun pekerjaan, tetapi bisa juga berpotongan. Jika bercabang dan berpotongan
dengan garis pekerjaan, mbah dukun bilang harus hati-hati, berpotensi selingkuh
dengan teman kerja. Jika garis kesehatan menurun, dia bilang hati-hati di masa
depan berpotensi mengalami sakit. Ini contoh bagaimana ilmu membaca garis tangan perlu disandingkan dengan communication skill yang bagus, sehingga ada jalan ceritanya, dan itu membuat pembacaannya terasa meyakinkan.
Sebagian besar teman mengiyakan analisis yang
dibacakan berkaitan dengan masa lalu dan masa kini. 70-80% akurat. Saya pun
penasaran. Malam itu saya kirim foto garis tangan saya, minta dibacakan. Sangat
mirip dengan sejarah hidup saya. Bukan tanpa maksud saya tidak minta diramal di
lokasi ngumpul, tapi baru malam harinya lewat foto. Tahu kan sebabnya? Iya, itu
banget. Males aja dukunnya ngelaba
pegang-pegang tangan kita. :D
Saya pun menginterogasi kawan ini. Dia bercerita
berdasar bacaaannya. Bahwa, garis tangan seseorang merupakan penampakan atas
respon tubuhnya terhadap kehidupan yang dia jalani. Cara orang membuka,
menutup, menggenggam, meremas, dan apapun yang dilakukan di antara itu, sebagai
reaksi atas apapun yang terjadi. Sadar atau tidak sadar. Dan itu berlangsung
terus menerus, sejak lahir sampai sekarang. Jadi, apa yang nampak di telapak
tangan adalah buku sejarah kehidupan seseorang. Kebimbangan batin bisa
menggerakkan alam bawah sadar untuk membuat jiwa gelisah dan telapak tangan
membuat gerakan tertentu. Ini menurut teori kedokteran di Cina.
Berarti unik? Tanya saya. Iya, kata teman saya. Kalau unik,
bisa difungsikan seperti sidik jari dong, kata saya lagi. Tidak, jawabnya. Nah lo…
Seperti proses pembentukannya yang berdasar reaksi
diri atas apa yang terjadi, maka garis tangan akan terus berubah sesuai waktu. Garis-garis
5 tahun yang lalu belum tentu sama dengan hari ini, apalagi dengan 5 tahun yang
akan datang. Jika kita merespon peristiwa dengan cara yang berbeda, kita
bertemu dengan orang-orang yang berbeda, maka ke depannya garis tangan kita
bisa berubah.
Jadi, ketika garis tangan hari ini dibaca oleh si mbah
bahwa karir kita stagnan, itu bukan vonis. Dia hanya bilang, jika cara kamu menyikapi
dan menjalani pekerjaan tetap seperti yang dilakukan saat ini, maka ke depannya
karirmu akan begini-begini saja juga. Tiap diri harus mengambil sikap untuk
masa depannya. Tiap orang harus merancang masa depannya sendiri, terbebas dari
yang tertera di garis tangannya hari ini. Garis tangan hari ini hanya menjadi warning, jika tidak melakukan perubahan
apa-apa, bersiaplah hidup kita berakhir seperti di akhir garis yang terbaca
hari ini. Karena, the best way to create
the future is to create your own future, begitu kata penutup dari mbah dukun ilmiah abad ke-21 ini, Pambudi Sunarsihanto.