Judul : Cinta Sejati
Penulis : Guy de Maupassant
Alihbahasa: Marcalais Fransisca
Penerbit: Serambi
Akhirnya, Cinta Sejati terbaca juga. Entah
sudah berapa lama antri di lemari. Tahun cetaknya sih 2011. Mungkin saya beli
2012 atau 2013. Saat itu ada bazar buku murah di Gramedia Botani. Iseng
lihat-lihat. Ternyata bazar kali itu banyak obral buku terjemahan dari karya
penulis klasik. Guy de Maupassant, Leo Tolstoy, Anton Chekov, dll.
Saya pilih beberapa buku.
Dengan Rp25.000-an per buku, bisa tahu tema dan jalan cerita peninggalan nama-nama
legendaris.
Cinta Sejati-nya Guy de
Maupassant adalah kumpulan cerita pendek. Gi de (e pepet) Mopasong, begitu cara
membaca namanya. Terima kasih Anna Marifa, teman lama yang selalu jadi nara
sumber saya untuk istilah atau cara membaca bahasa Perancis.
Ada 9 cerita di buku setebal
170 halaman ini. Diawali dengan Cinta Sejati.
Cinta Sejati berkisah tentang
cinta satu-satunya, seumur hidup, selama 55 tahun. Berhenti hanya karena maut
menjemput sang pencinta. Selama itu, si pencinta selalu memberikan segala
miliknya untuk yang dicintai. Bahkan dia mewasiatkan kepada dokternya untuk
menyerahkan seluruh harta yang ditinggalkan kepada si pria. Sang dokter menceritakannya
pada suatu acara makan malam. Para wanita langsung berbinar dan membayangkan
dirinya dicintai dengan cara seperti
itu. Pasti sangat membahagiakan.
Sang dokter mengatakan bahwa
ini tentang seorang perempuan yang mencintai seorang laki-laki, bukan
sebaliknya. Para wanita terhormat itu mulai terkejut. Ketika dikatakan bahwa
mereka semua kenal dengan si pencinta, yaitu tukang tambal kursi keliling,
semua langsung kehilangan selera. Cinta rakyat jelata tak ada menariknya sama
sekali.
Ya, kisah ini tentang
masyarakat sebelum 1900 di Perancis. Guy de Maupassant produktif menulis antara
tahun 1880-1890. Membaca penjelasan tentang penulis di akhir buku, saya
menyimpulkan, pada masa itu, sastra hanya milik kasta utama. Maupassant yang
mengangkat tema sederhana dan tentang
rakyat jelata, tampaknya, pada
masanya justru tak umum. Informasi ini juga yang membuat saya penasaran. Pasti
kisah dalam bahasa aslinya lebih menarik. Cerita tentang masalah “biasa” tapi
menjadikannya istimewa, dalam nuansa sastra. Ini yang disebut-sebut sebagai
kelebihan Maupassant.
Kisah kelima, Kalung Berlian. Tentang
sebuah keluarga menengah yang diundang menghadiri pesta di rumah pesohor. Istri
yang ingin tampil sempurna meminjam perhiasan temannya. Apa daya, kalung
berlian pinjaman itu hilang. Baru diketahui setibanya di rumah seusai pesta. Panik dan berusaha
bertanggung jawab, suami istri ini mencari kalung serupa dan membelinya sebagai
ganti. Tapi kalung berlian ini mahal sekali. Uangnya didapat dari mengumpulkan
pinjaman ke berbagai pihak. Kalung berlian baru telah dikembalikan kepada
pemiliknya. Tapi hutang membuat suami istri ini melarat. Mereka perlu 10 tahun
untuk melunasi pinjaman dan selama itu mereka menjalani hidup dengan sangat
keras. Setelah semua kesulitan hidup
selama sepuluh tahun, mereka mendapatkan kabar yang luar biasa saat tak sengaja
bertemu sahabat ini.
Cerita terakhir, Boule de Suif,
justru merupakan cerpen pertama dari Maupassant yang dipublikasi dan langsung
menuai sukses besar. Cerpen ini ditulis berdasar pengalamannya saat menjadi
tentara.
Kisah yang sangat menunjukkan
ironi kehidupan manusia saat itu. Intinya, bagaimana orang dari kasta terendah
membantu menyelamatkan hidup sembilan orang lain dengan makanan bawaannya. Ke-9
orang itu diselamatkan dari penahanan tanpa batas waktu, oleh si pelacur ini. Dan,
dengan mudahnya orang-orang ini menafikkan keberadaan si perempuan, alih-alih
membantunya keluar dari masalah, pada saat mereka semu sebetulnya sanggup
menolong.
Cerita ke-8, Mademoiselle Fifi,
adalah judul dari kumpulan cerpen keduanya.
Benar yang disampaikan di akhir
buku, Maupassant fasih mengolah kisah sederhana sehari-hari menjadi suatu
sajian istimewa.