Senin, 16 April 2012

Memilih Wanita atau Perempuan?

“Wanita dijajah pria sejak dulu,
dijadikan perhiasan sangkar madu,
namun ada kala pria tak berdaya,
tekuk lutut di sudut kerling wanita…”
Masih ingat lagu di atas? Bagaimana kesan teman-teman atas wanita dalam lagu tersebut?

Saat lagu ini berjaya sekitar tahun 70-80an, situasi sosial masih memihak kepada penggunaan kata wanita. Sehingga tidak hanya lagu, istilah pun banyak dilekatkan kepada kata wanita. Darma Wanita, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia, bahkan penamaan jabatan pun Menteri Peranan Wanita.

Kata wanita dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Jawa, wanito. Sebagaimana banyak kata lain, ada kirata (dikira-kira tapi nyata) dari kata wanita ini, yaitu wani ditoto. Berani diatur. Pengertian ini dipertegas dalam kamus Old Javanese Zoetmulder, 1982, bahwa wanita itu berarti yang diinginkan.

Jika ditelisik lebih jauh lagi, kata ini bukan asli pula dari Jawa, melainkan kata serapan dari bahasa Sansakerta. Sebagaimana kita menggunakan Wijaya untuk Vijay, Wanita kita gunakan sebagai pengganti vanita, yang berarti lady (Inggris). Kata dasar wan, yang berarti menghormati, dan mendapat imbuhan hita/ita, sehingga wanita merujuk kepada sesuatu yang baik, mulia, sejahtera.

Rujukan yang lain lagi mengatakan bahwa kata wanita merupakan perubahan gaya metatistis dari kata batina (yang kini menjadi betina) ke watina, kemudian benjadi wanita. Penelusuran kata yang ini cenderung membatasi definisi dari sudut reproduksi.

Ternyata, wanita mengandung kontradiksi yang sangat lebar dari sisi arti dan rasa kata.

Penggunaan kata lain untuk menamai sosok yang sama adalah perempuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan sebagai “orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui”. Sangat fisik.
Tetapi, Mohammad Yamin pernah mengungkapkan bahwa kata perempuan itu adalah bentukan dari kata dasar empu yang mendapat imbuhan per - … - an. Empu berarti seseorang yang sangat ahli dan dihormati. Sedangkan imbuhan “per - … - an” berarti “segala sesuatu tentang …” atau “yang berkaitan dengan …”. Contoh, persilatan berarti segala sesuatu tentang silat, perbukuan berarti segala yang berkaitan dengan buku.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa selain makna harfiah menurut kamus, kata perempuan juga dapat diterjemahkan sebagai “segala sesuatu yang berkaitan dengan keahlian dan kehormatan”.

Tampaknya, dari definisi terakhir ini, kita bisa paham mengapa sekarang kata perempuan yang lebih banyak digunakan dibandingkan wanita untuk menamai manusia yang bukan laki-laki. Tidak sekedar membedakan jenis kelamin, tetapi ada penghargaan yang lebih manusiawi dalam penggunaan kata tersebut. Termasuk dalam penamaan peristiwa atau jabatan, seperti Hari Perempuan, Penghargaan Perempuan Inspiratif, bahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan.

Dan, apakah kita bisa berharap akan hilangnya masalah pelecehan karena gender jika para penghasil devisa itu kita sebut sebagai Tenaga Kerja Perempuan, dan bukan sebagai Tenaga Kerja Wanita?

Salam Selasa Cinta Bahasa.

*Rujukan:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia
- “Wanita atau Perempuan”, Qaris Tajudin, Majalah Tempo 20 April 2009
- “Arti Wanita”, I Ketut Merta Mupu, Kompasiana, 13 Desember 2011.

1 komentar: