Enak dibaca dan perlu. Jargon
yang sangat melekat pada Majalah Tempo. Sesuai betul motto dan isi. Karena itu,
ketika mendapat informasi ada pelatihan menulis artikel yang dibimbing oleh
wartawan majalah berita legendaris ini, saya langsung meluangkan waktu. Saya
ingin tahu bagaimana jurnalisnya membuat tulisan.
Mas Bagja Hidayat adalah
wartawan Tempo yang menjadi pembicara pelatihan. Acara diselenggarakan ikatan
alumni ITB angkatan 89, Sabtu 28 Februari 2015. Bertempat di gedung FMIPA,
program studi Farmasi, Universitas Pakuan, Bogor. Saya hadir pukul 08.00 s.d.
14.00. Materi selama waktu itu saya tuliskan disini. Selain untuk memperkuat
ingatan, juga sekaligus ajang praktikum. Apalagi mas Bagja menekankan bahwa
hanya satu kunci agar mahir menulis. LATIHAN! Perbanyak latihan. Dan, berkesinambungan.
Setiap kali menulis, setiap
saat itu pula kita belajar. Semakin banyak menulis, semakin berlimpah pelajaran
yang dikuasai. Bahkan seorang Goenawan Muhammad pun, saat menulis Catatan Pinggir, menyiapkan materi
seperti pemula. Untuk kolom sepanjang 1 halaman, beliau memerlukan waktu setidaknya 5 jam.
Padahal kita membaca hasil tulisannya tak sampai 10 menit. Sekitar 2 jam
pertama, pak GM akan membaca ulang beragam informasi penunjang topik yang
dibahas. Setelah itu baru beliau menuliskannya. Kisah ini disampaikan mas Bagja
sebagai motivasi bagi kami. Tak perlu gundah, karena menuliskan ide tak selalu
mudah.
Artikel yang baik adalah
tulisan yang jelas dan ringkas. Tulisan seperti ini cirinya
pasti, fokus. Artinya, intisari yang dibicarakan harus
tertangkap pembaca. Cara mencapainya ditentukan oleh pemilihan angle.
Sudut pandang. Ini yang akan menjadi
pembeda. Di dunia ini tak ada yang baru. Perbedaan akan diperoleh dari
bagaimana penulis melihat sesuatu, dan bagaimana dia menyampaikannya.
Merumuskan sudut pandang, bisa
melalui teknik paling kuno dari jurnalistik tapi sampai sekarang masih valid,
yaitu membuat daftar pertanyaan
sesuai prinsip 5 W + 1 H. Who, What, When, Why, Where, dan How. Jika perlu, buat sampai 200
pertanyaan. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan menjadi isi
tulisan kita. Pikirkan semua pertanyaan yang mungkin muncul di benak pembaca.
Tulisan yang baik, isinya memberi jawaban atas apapun pertanyaan yang terpikir
oleh pembaca.
Agar pertanyaan-pertanyaan itu
bisa keluar dari benak, seorang penulis harus mempunyai sikap curious
dan skeptis. Selalu penasaran atas
apapun, dan tak mudah puas menerima apapun. Sikap ini dapat diterapkan untuk
menulis berbagai genre. Tak hanya untuk berita.
Pertanyaannya, sampai seberapa
detil tulisan itu perlu dibuat? Seberapa jelas penjelasan perlu disampaikan?
Cara memeriksanya cukup mudah. Setiap informasi yang tampil harus relevan
terhadap sudut pandang yang sudah ditentukan di awal.
Sekian banyak pertanyaan telah
diajukan, sementara yang dituliskan hanya yang relevan dengan sudut pandang.
Apakah ini tak akan menjadi mubazir? Tidak. Sama sekali tidak. Dengan informasi
yang berlimpah, penulis justru bisa memilah-milah. Dari rencana menuliskan satu
artikel dengan sudut pandang tertentu, kini bisa saja berkembang biak.
Menghasilkan tulisan lain dengan sudut pandang berbeda, atau topik berbeda,
atau menjadi pemicu ide pengumpulan informasi lainnya. Oya, dengan pengetahuan
lebih banyak, penulis akan lebih utuh menangkap situasi dari tema yang akan dia
tuliskan.
Jenis tulisan dapat
dikategorikan seperti berikut:
a.
Hardnews
b.
Newstory
c.
Features
d.
Opini, editorial
e.
Esai, kolom
f.
Ruang tafsir.
Point a sampai e
adalah wilayah jurnalistik, sedangkan f masuk kelompok sastra (prosa/puisi).
Dari 5 jenis tulisan jurnalistik, point
a dan b milik eksklusif wartawan. Penulis umum bisa masuk di point c, d, dan e.
Features
istilah untuk liputan human interest.
Cara penyampaiannya naratif (bertutur). Lebih bersifat menghibur daripada memberi
informasi. Salah satunya adalah tulisan tentang hasil perjalanan.
Opini bukan reportasi, karena
tak sekedar menyampaikan informasi, melainkan ada gagasan di dalamnya. Karena
itu, gagasan harus terlihat lebih dahulu, pemaparan data tidak utama. Jika plot
reportasi adalah info yang disampaikan secara adegan demi adegan, maka plot
opini lebih ke penyampaian gagasannya. Info yang disertakan akan mengikuti
sikap dari gagasannya itu.
Jika tadi kita sudah mengetahui
tentang jenis tulisan, selanjutnya kita perlu memahami kriteria berita. Artinya, bagaimana sesuatu bisa kita terima
sebagai berita.
-
Magnitude.
Skala informasi. Tsunami Aceh jauh lebih besar dibandingkan pencurian sepeda
motor di pasar, misalnya.
-
Tokoh. Bersepeda di
jalur Car Free Day yang saya lakukan biasa saja, tapi ketika presiden yang
melakukan, menjadi berita.
-
Proximity.
Kedekatan masalah dengan pembaca. Efek kenaikan harga BBM, contohnya. Semua
lapisan masyarakat merasa terkena imbasnya.
-
Aktual. Masih
hangat dibicarakan publik.
-
Relevan
-
Tren. Menulis
tentang batu akik hari ini pasti dibaca orang banyak.
-
Unik. Buku
Blackswan-nya Malcolm Goldwell bisa dijadikan contoh.
-
Dramatik
Cukup
memenuhi satu saja kriteria di atas, sesuatu bisa menjadi berita.
Sebuah artikel yang baik secara
fisik memuat judul, lead, bridging, isi, dan ending. Penyebutan ini secara
berurut menyatakan posisinya dalam tulisan, dan besar porsinya
dalam hal menarik minat pembaca. Hal ini tak berkaitan dengan jumlah
tulisannya. Sebagai ilustrasi, tulisan 1 halaman majalah setara dengan sekitar
4500 karakter (termasuk spasi), atau sekitar 13 alinea (@ 35-40 kata). Lead cukup 1-2 alinea, bridging 2 alinea, isi 10 alinea, ending 1 alinea/kalimat.
Menulis kalimat juga tak perlu
panjang-panjang. Satu kalimat cukup 9-12 kata. 1 alinea, cukup 3-4 kalimat.
Mas Bagja menjelaskan satu demi
satu. Lead adalah pintu masuk dan setting cerita. Hindari banyak koma dan
angka. Pernyataan lead bisa berupa
deskriptif, naratif, kesimpulan, atau bahkan pertanyaan. Lead sangat penting. Pembaca akan memutuskan melanjutkan atau
berhenti membaca dari lead ini. Bridging,
sesuai namanya, menjembatani lead dan
isi. Isi adalah pemaparan pokok pikiran secara keseluruhan. Ending bisa putus, melingkar, atau
kesimpulan, dalam kaitannya dengan bagian pembukaan. Judul harus menarik,
penting, dan relevan dengan isi. Cukup 3-4 kata. Sifat judul harus anekdotal,
parodi, sebagai etalase, dan memikat karena membangkitkan keingintahuan
pembaca. Jika sudah terbuat judul, jangan lupa cek ulang. Jika menjadi seperti
judul jurnal, jangan ragu menggantinya.
Dari sisi bahasa, artikel
sebaiknya memakai kalimat aktif. Selain itu, setiap kalimatnya memenuhi unsur S
– P – O – K. Juga, sesegera mungkin tampilkan pokok kalimat. Selengkap apapun
infomasi yang kita sampaikan.
Artikel populer ditujukan
kepada siapa saja. Ke arah siapa saja. Karena itu, semakin sederhana, akan semakin
mudah dicerna. Kalimat dan istilah juga tak perlu rumit. Semua itu agar tulisan
kita menghibur. Perlu diingat pula, pembaca artikel populer ingin tuntas
membaca dalam satu kali duduk. Tak perlu panjang-panjang. Toh jika artikel kita
baik, pembaca akan menceritakannya lagi kepada orang lain.
Beberapa tips.
-
Selalu setia kepada
angle/sudut pandang. Jika angle-nya
tajam, maka tulisan akan fokus. Karenanya, pembaca akan dapat menangkap gagasan
yang disampaikan.
-
Saat mau menulis,
siapkan dulu daftar pertanyaan. Karena ini akan mengantar kita berpegang pada
plot yagn direncanakan. Tulis dulu semua, baru nanti diedit.
-
Tak perlu peduli
perspektif orang lain atas tulisan ataupun gagasan kita. Tujuan kita menulis
adalah menyampaikan perspektif kita. Itu saja.