Minggu, 22 Januari 2012

TROTOAR

Kami sedang menginap di sebuah hotel di Jalan Sudirman, jalan utama di kota Serang. Serang adalah ibukota propinsi Banten, propinsi yang "nempel" ke ibukota negara.

Hari Minggu pagi, 22 Januari 2012, kami jalan pagi. Di seberang hotel ada stadion yang berdampingan dengan Taman Makam Pahlawan. Kami pun menuju ke sana. Banyak warga masyarakat yang melakukan aktivitas serupa. Mengelilingi stadion. Ada yang berjalan, berlari, bersepatu roda, ataupun bersepeda.

Menjadi menarik karena semua melakukan olah raga di luar stadion olahraga. Bukan di dalam. Semua akses menuju bagian dalam stadion terkunci. Rumput dan beragam tanaman tumbuh subur di sekelilingnya, secara liar. Mungkin ini stadion yang sudah tidak dipakai, karena katanya ada stadion olah raga yang baru di tempat lain.

Setelah menuntaskan satu putaran, kami memutuskan berganti jalur, berharap menemukan pemandangan yang lebih menyehatkan mata. Kami pun kembali ke jalan utama tempat kantor-kantor pemerintah, lembaga besar, dan perusahaan-perusahaan kelas atas berada. Kami berencana menyusuri jalan Sudirman ini sampai ke pusat hiburan rakyat di hari libur. Alun-alun.

Trotoar pun menjadi jogging-track kami. Saya, suami, dan anak sangat menikmati kesempatan jalan santai bersama kali ini. Kondisi yang sangat jarang terjadi. Kami bisa jalan dengan rileks karena tidak ada acara apa-apa lagi selain libur. Tidak diburu waktu.

Setelah berjalan beberapa meter, sebagian indera saya terganggu. Pemandangan seperti di luar stadion tadi tampak pula di sini, rerumputan. Bahkan sekarang ada bonusnya, got di samping trotoar yang diisi genangan air hitam dengan topping sampah dan essens khasnya. Sebagian pavingblock pun melatih kejelian langkah.

Agar kebahagiaan hati tetap terjaga, saya terpaksa melanggar aturan dan menantang bahaya, berjalan di jalan raya. Beruntung kami berada di kanan jalan sehingga bisa waspada terhadap kendaraan dari depan.

Singkat cerita, kami kembali ke hotel naik angkot masih dengan emosi terjaga. Gembira. Berkeringat, tetapi senang. Kami langsung sarapan. Setelah beristirahat, sekitar pukul 11.00 anak berenang, saya dan suami menemani di tepi kolam. Kebahagiaan kami berlanjut menyaksikan anak bermain air dengan sangat lepas. Berganti-ganti gaya, menari di dalam air, bahkan mengambang tanpa beban. Free.

Sungguh, kami tak menyangka. Ketika kami di puncak kenikmatan libur panjang ini, pada jam yang sama, kebahagiaan keluarga lain direnggut tiba-tiba di trotoar yang berbeda. Padahal, trotoar yang mereka injak sangat terpelihara. Mereka tertib, tidak seperti kami yang terpaksa menantang maut. Mereka sedang menuju pusat hiburan rakyat ibukota di hari libur. Monas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar