Ditulis oleh Tejasari Asad dan
Ilustrasi oleh Rana Wijaya
Penerbit Gaia, 2013
Menjelang bulan baru, sangat
tepat jika kita membaca buku ini dulu. Mumpung masih Februari, masih hitungan
awal tahun. Tejasari menguraikan dengan asyik bagaimana memahami posisi
keuangan kita hari ini, menetapkan situasi yang diharapkan di masa depan, dan
mengetahui bagaimana mencapainya. Ilustrasi cantik di banyak halaman makin
mencerahkan dan menyemangati kita untuk terus menyimak.
Saya ulang ya, yang asyik itu
adalah uraian dari Tejasari. Bukan posisi keuangan kita :). Saat membaca ke-144 halaman, saya ditemani kertas dan
pensil. Mengikuti alur yang dia sajikan. Mungkin teman-teman juga bisa
melakukan hal yang sama.
Pertama-tama, mendata aset hari
ini. Segala macam aset yang kita punya, tulis. Rumah, tanah, kendaraan,
tabungan, emas, koleksi. Kemudian, beri nilai rupiahnya. Syukur kalau kita
bisa memberi angka tepat. Jika tidak,
kira-kira saja. Tak usah dibuat stres.
Karena...stres akan muncul di
tahap berikutnya, pada saat kita mendata utang. Seperti rasa takjub saat
menyadari betapa banyak aset yang kita punya, mendata utang pun bisa membuat
kita terhenyak. Semua dicatat. Tak perlu malu, karena ini kan hanya untuk kita
sendiri. Tagihan kartu kredit, pinjaman kepada teman/saudara, cicilan panci, bahkan
tunggakan kepada tukang sayur langganan.
Selanjutnya, buat catatan
pemasukan dan pengeluaran. Pengeluaran bisa kita bagi dalam 4 kelompok besar:
cicilan utang bulanan, tabungan/investasi, pengeluaran rutin keluarga, dan pengeluaran pribadi. Dari uraian Teja,
saya menangkap yang dimaksud dengan istilah pengeluaran pribadi ini tidak
sekedar kebutuhan diri kita sendiri saja, tetapi juga urusan keluarga, hanya
bukan sesuatu yang “wajib”. Misalnya, membeli tas atau makan di restoran.
Setelah informasi awal ini
lengkap, kita bisa mulai melakukan cek kondisi. Saya suka cara Teja menguraikan
bagian ini. Kondisi kita diketahui dengan pembanding diri sendiri, bukan
standar orang lain.
Ada 5 angka yang kita perlu hitung:
1.
Rasio Menabung. Angka
ini didapat dari perbandingan total tabungan&investasi bulanan dengan
penghasilan bulanan. Kondisi bagus jika didapat angka lebih besar dari 10%.
2.
Rasio Cicilan Utang.
Angka ini didapat dari perbandingan total cicilan bulanan dengan penghasilan bulanan. Kondisi bagus jika
didapat angka lebih kecil dari 35% .
3.
Rasio Utang. Angka ini
didapat dari perbandingan total utang dengan total aset. Kondisi bagus jika
didapat angka lebih kecil dari 50%.
4.
Rasio Dana Darurat.
Angka ini didapat dari perbandingan total dana darurat dengan biaya bulanan. Kondisi
bagus jika setidaknya ada dana darurat 3 x biaya bulanan. Paling aman jika di
posisi 12 x biaya bulanan. Dana darurat adalah tabungan/emas/barang yang bisa
dicairkan dengan mudah. Sehingga jika, misalnya, di-PHK, keluarga masih bisa
bertahan selama 3-12 bulan berikutnya. Cukup waktu untuk mendapatkan pekerjaan
baru.
5.
Rasio
Investasi. Angka ini didapat dari perbandingan total investasi dengan
total aset. Kondisi bagus jika didapat angka lebih besar dari 50%.
Dari kelima angka di atas, yang memenuhi syarat kondisi
bagus, kita beri tanda check-list (V).
Jika tidak, beri tanda silang (X).
Sudah?
Ada berapa tanda check-list (V)?
Tak ada? Tenang...belum kiamat. Setidaknya, kita tahu posisi kita ada dimana.
Teja
membagi 5 kondisi keuangan kita sebagai:
1.
Financially Shocked
(5 tanda X)
2.
Financially
Stressed (3-4 tanda X)
3.
Financially Stressless
(1-2 tanda X)
4.
Financially
Stressfree (tak ada tanda X)
5.
Financially Free
(punya aset aktif)
Jika masih ada tanda silang, tak perlu gelisah. Bisa
kita atasi dan hadapi. Justru, dengan mengetahui kondisi ini, kita bisa merencanakan
langkah yang lebih terarah. Jika sudah tak bersilang, juga tak bisa lengah. Apalagi,
sifat manusia tak pernah puas. Pasti kenyamanan akan memunculkan
keinginan-keinginan baru. Harus tetap berhati-hati.
Teja mengajak kita menganalisis
penyebab keberadaan tanda silang, dan memberi saran jalan keluar agar kita bisa
mencapai tingkat keuangan berikutnya. Dalam buku dijelaskan rinci setiap point
dari ke-5 kondisi keuangan di atas.
Garis besar yang bisa kita
terapkan dalam pengeluaran keluarga adalah komposisi pengeluaran bulanan yang
tepat. Usahakan selalu sisihkan terlebih dahulu untuk tabungan minimal sebesar
10%. Kemudian bayar total cicilan hutang yang angkanya harus dijaga, tak boleh
lebih dari 30%. Baru setelah itu pengeluaran rutin yang bisa mencapai 40% dari
penghasilan. 20% terakhir, baru dialokasikan untuk pengeluaran pribadi.
Saya merasa langkah terdekat
ada pada alinea terakhir ini. Saya akan coba buat rencana pengeluaran keluarga
untuk bulan Maret dengan mencoba ketat terhadap komposisi tersebut. Semoga saya
bisa konsisten dan mencatat detil selama sebulan. Sehingga, pada akhir Maret,
saya bisa menyampaikan kepada Teja: Berhasil! Aamiin...
Setelah itu, baru memikirkan
langkah-langkah selanjutnya. Jika ada yang ingin ditanyakan, bisa konsultasi
privat ke Tatadana Consulting, atau di ruang tanya-jawab masalah keuangan
Tabloid Nova. Keduanya, Tejasari Asad yang mengelola.